Liputan6.com, Jakarta - Pakar keamanan siber kembali mendapati sebuah ransomware yang kabarnya 'mengunci' file data milik perusahaan media Rusia (Interfax dan Fontaka) dan sistem transportasi Ukraina.
Tak hanya di dua negara tersebut, ransomware yang menyamar sebagai software update Adobe ini juga telah terdeteksi di negara lain, seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang.
Dilansir U.S. Computer Emergency Readiness via CNN, Kamis (26/10/2017), pihaknya sudah menerima berbagai laporan tentang serangan siber bertipe ransomwaredi banyak negara di dunia.
Advertisement
Baca Juga
Diberi nama Bad Rabbit, virus ini merupakan metode baru yang digunakan oleh penjahat siber untuk menyandera data dan meminta uang tebusan kepada korbannya.
Diketahui, dua serangan siber terbesar tahun ini--WannaCry dan NotPetya--mampu melumpuhkan beberapa perusahaan, institusi pemerintah dan rumah sakit di beberapa negara di dunia.
Meski tak separah serangan NotPetya, para ahli mengatakan kedua serangan siber tersebut saling terkait satu sama lain.
Vyacheslav Zakorzhevsky, selaku kepala tim peneliti anti-malware di perusahaan keamanan siber Rusia, Kaspersky Lab, mengatakan penyelidikan perusahaan menunjukkan serangan Bad Rabbit menggunakan metode yang serupa dengan NotPetya.
Dugaan Zakorzhevsky diperkuat dengan pernyataan Costin Raiu, Direktur Global Research and Analysis Team di Kaspersky Lab yang mengatakan serangan Bad Rabbit dilancarkan melalui jaringan situs peretas yang rumit dengan tautan ke NotPetya.
Hingga berita ini diturunkann, belum diketahui dalang di balik serangan ransomware Bad Rabbit.
Namun, yang pasti pelakunya merupakan penggemar berat Game of Thrones karena di dalam kode ransomware tersebut berisi referensi karakter dari serial TV populer milik HBO.
(Ysl/Cas)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: