Menkominfo Dalami Dugaan 279 Juta Data Penduduk Dijual di Forum Online

Menteri Komunikasi dan Informatika mengatakan, Kemkominfo mendalami dugaan 279 juta data penduduk Indonesia bocor dan dijual di forum online.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 20 Mei 2021, 17:38 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2021, 17:30 WIB
FOTO: Menkominfo dan DPR Bahas Tata Kelola Jaringan 5G
Menkominfo Johnny G Plate saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (7/4/2021). Rapat kerja tersebut membahas mengenai tata kelola 5G dan berakhirnya keanggotaan Dewas LPP RRI Periode 2016-2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 279 juta data penduduk Indonesia diduga telah dibobol dan dijual di forum online. Data bocor ini diduga berasal dari kebocoran salah satu instansi pemerintah.

Data-data yang dijual meliputi nama, nomor identitas kependudukan (NIK), nomor telepon, alamat, alamat email, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan data pribadi lainnya.

Ditanya mengenai hal ini, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G. Plate, mengatakan pihaknya masih mendalami dugaan kebocoran data.

"Kementerian Kominfo sedang melakukan pendalaman atas dugaan kebocoran data tersebut," kata Johnny, dihubungi Kamis (20/5/2021).

Sayangnya ketika ditanya lebih lanjut Johnny tidak memberikan pernyataan pendalaman atau kolaborasi yang dilakukan dengan instansi lain untuk menangani masalah ini.

Sebelumnya, sebanyak 279 juta data penduduk Indonesia diduga telah dibobol dan dijual di forum online. Data yang bocor ini diduga berasal dari institusi pemerintah yakni BPJS Kesehatan.

Data Penduduk yang Bocor

Hacker
(ilustrasi)

Informasi ini berdasarkan sebuah cuitan dari akun Twitter @ndagels dan @nuicemedia yang diunggah Kamis, (20/5/2021).

Dalam cuitannya, akun tersebut mengatakan data 279 juta penduduk Indonesia bocor dan dijual, termasuk data orang yang telah meninggal dunia.

Dalam screenshot penjualan data yang dicuitkan, data penduduk Indonesia yang bocor meliputi nama, nomor identitas kependudukan (NIK), nomor telepon, alamat, alamat email, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan data pribadi lainnya.

Kendati demikian, di antara jenis data yang bocor, disebutkan bahwa tidak ada password di dalamnya.

Berdasarkan informasi, pemilik data menjual kumpulan data ini dengan harga 0,15 bitcoin atau setara Rp 87 juta.

Tekno Liputan6.com mencoba menanyakan mengenai kebenaran data ini kepada Pakar Keamanan Siber Alfons Tanujaya.

"Kelihatannya benar, kemungkinan data yang berhubungan dengan BPJS bocor," katanya.

Kata BPJS Kesehatan

Ilustrasi BPJS Kesehatan
Ilustrasi BPJS Kesehatan

Data yang bocor diduga berasal dari sistem BPJS Kesehatan. Ketika dikonfirmasi, Kepala Humas BPJS Kesehatan M. Iqbal Anas Ma'ruf menyebut BPJS Kesehatan tengah melakukan penelusuran untuk memastikan apakah data yang diduga bocor berasal dari sistemnya.

"Saat ini kami sedang melakukan penelusuran lebih lanjut untuk memastikan apakah data tersebut berasal dari BPJS Kesehatan atau bukan," katanya ketika dihubungi Kamis (20/5/2021).

Iqbal lebih lanjut mengatakan, pihaknya mengerahkan tim khusus untuk melakukan pelacakan dan sesegera mungkin menemukan sumbernya.

Kendati demikian, Iqbal juga menegaskan BPJS Kesehatan konsisten memastikan keamanan data peserta BPJS Kesehatan dan melindungi data dengan sebaik-baiknya.

"Dengan big data kompleks yang tersimpan di server kami, kami memiliki sistem pengamanan data yang ketat dan berlapis sebagai upaya menjamin kerahasiaan data tersebut, termasuk di dalamnya data peserta JKN-KIS," katanya.

Iqbal juga menyebut, secara rutin pihaknya berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait guna memberikan perlindungan data yang lebih maksimal.

(Tin/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya