Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan teknologi saat ini tengah berlomba-lomba untuk terjun ke dunia metaverse, termasuk dalam mengembangkan ekosistemnya.
Intel pun baru-baru ini mengeluarkan pandangan mereka tentang metaverse, melalui opini di situs resminya oleh Raja Koduri, Senior Vice President, General Manager of the Accelerated Computing Systems and Graphics Group.
Advertisement
Baca Juga
Koduri, seperti dikutip Sabtu (18/12/2021), mengakui bahwa memang metaverse mungkin menjadi platform utama berikutnya, dalam komputasi setelah world wide web dan mobile.
Advertisement
"Ada alasan untuk percaya bahwa kita berada di puncak transisi besar berikutnya dalam komputasi. Transisi yang memungkinkan komputasi persisten dan imersif dalam skala besar," kata Koduri.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pandemi Paksa Pemanfaatan Teknologi
Koduri mengatakan, animasi komputer dalam film saat ini hampir tidak bisa dibedakan dengan live-action. Bermain game sekarang juga memberikan tampilan grafis yang sangat realistis.
"Dan tampilan VR dan AR telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, menciptakan pengalaman yang sangat kaya dan mendalam," kata Koduri.
Pandemi pun dinilai memaksa banyak orang untuk mengandalkan teknologi digital, sebagai satu-satunya cara berkomunikasi, berkolaborasi, belajar, dan mempertahankan hidup.
"Ledakan teknologi keuangan digital terdesentralisasi menginspirasi model bisnis yang mendorong semua orang untuk berperan dalam menciptakan metaverse ini," kata Koduri.
Advertisement
Perlu Komputasi yang Lebih Kuat
Meski begitu, menurut Koduri, metaverse juga membutuhkan banyak hal mulai dari avatar yang meyakinkan, pakaian, warna rambut dan kulit yang realistis dengan tampilan secara real time, transfer data dan bandwidth super tinggi, hingga latensi yang sangat rendah.
"Bayangkan memecahkan masalah ini dalam skala besar – untuk ratusan juta pengguna secara bersamaan – dan Anda akan segera sadar infrastruktur komputasi, penyimpanan, dan jaringan kita saat ini tidak cukup untuk mewujudkan visi ini."
Koduri pun mengatakan, dibutuhkan berkali-kali lipat kemampuan komputasi yang lebih kuat dan dapat diakses pada latensi yang jauh lebih rendah di banyak faktor bentuk perangkat.
"Untuk mengaktifkan kemampuan ini dalam skala besar, seluruh saluran internet akan membutuhkan peningkatan besar," kata Koduri.
"Blok bangunan Intel untuk metaverse dapat diringkas menjadi tiga lapisan dan kami telah bekerja keras di beberapa area kritis," imbuhnya.
(Dio/Isk)
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Advertisement