Liputan6.com, Jakarta - Sekelompok engineer Facebook mengidentifikasi adanya bug Facebook yang mengekspos konten berbahaya ke News Feed dalam enam bulan terakhir.
Dikutip dari The Verge, Jumat (1/4/2022), para engineer menyadari adanya bug tersebut pada Oktober lalu. Saat itu, gelombang misinformasi mengalir melalui News Feed.
Baca Juga
Resep Urap Daun Kenikir Lezat Mudah dan Kaya Manfaat untuk Kesehatan
Buntut Tersisihkan dari Agenda Natal Kerajaan, Pangeran Andrew Mogok Urus Anjing Corgi Warisan Mendiang Ratu Elizabeth II
Timnas Indonesia Kalah di Stadion Manahan, Vietnam Justru Cetak Banyak Gol dalam Laga Terakhir Grup B Piala AFF 2024
Alih-alih menekan unggahan dari pelanggar berulang yang telah ditinjau jaringan cek fakta independen, News Feed Facebook justru menambah distribusi unggahan. Hal ini pun membuat konten berbahaya yang harusnya ditekan justru mendapat tampilan 30 persen lebih banyak, secara global.
Advertisement
Itu artinya, unggahan konten berbahaya ini malah dilihat oleh lebih banyak pengguna Facebook di seluruh dunia.
Para engineer melihat lonjakan tampilan pada konten berbahaya mereda beberapa minggu kemudian, hingga bug diperbaiki pada 11 Maret 2022.
Selain unggahan yang ditandai oleh cek fakta, penyelidikan internal mengungkap, selama adanya bug, sistem Facebook juga gagal menurunkan tampilan ketelanjangan dan kekerasan.
Juru Bicara Meta, Joe Osborne, mengkonfirmasi insiden ini. "Perusahaan mendeteksi inkonsistensi dalam penurunan peringkat (downranking) pada lima kesempatan terpisah. Hal ini berkorelasi pada peningkatan kecil pada metrik internal," kata Osborne kepada The Verge.
Dokumen internal Facebook mengungkap, masalah teknis itu pertama terungkap pada 2019, namun tidak berdampak nyata hingga Oktober 2021.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gara-Gara Bug
"Kami melacak akar penyebabnya ke bug software dan menerapkan perbaikan yang diperlukan. Bug ini belum memiliki dampak jangka panjang signifikan pada matrik kami," katanya.
Sekadar informasi, selama bertahun-tahun, Facebook mempromosikan penurunan visilibilitas konten (downranking) sebagai cara untuk meningkatkan kualitas News Feed. Facebook juga terus memperluas jenis konten yang dijalankan oleh sistem otomatisnya.
Downranking telah dipakai dalam menanggapi unggahan seputar perang dan kontroversi pilitik.
Facebook belum memberikan tanggapan mengenai dampak bug tersebut terhadap apa yang disaksikan pengguna.
Sebelumnya pada 2018, CEO Facebook Mark Zuckerberg menjelaskan, downranking atau penurunan visibilitas konten bisa melawan dorongan orang untuk terlibat dengan konten sensasional dan provokatif.
Downranking tak hanya menekan konten yang berbahaya atau melanggar kebijakan Facebook. Downranking juga berlaku pada konten yang dinilai AI Facebook sebagai sesuatu yang melanggar tetapi butuh tinjauan dari admin manusia.
Advertisement
Facebook Perlu Lebih Transparan
Pada sisi lain, para pemimpin Facebook selalu menyombongkan sistem AI mereka yang diklaim makin pintar tiap tahunnya. Mereka mengklaim AI Facebook kian cerdas mendeteksi hate speech dan teknologi ini begitu dibutuhkan dalam moderasi konten.
Tahun lalu, Facebook mulai melakukan downranking konten-konten terkait politik di News Feed.
Salah satu pendiri organisasi nirlaba Integrity Intitute Massachi memberikan tanggapan atas bug ini.
"Dalam sistem besar yang kompleks seperti Facebook, bug tidak bisa dihindari dan dapat dipahami. Namun apa yang terjadi ketika platform sosial yang kuat memiliki satu kesalahan seperti ini?" tanyanya.
Ia pun meminta adanya transparansi guna membangun sistem akuntabilitas yang berkelanjutan. "Dengan begitu, kita bisa membantu mereka mengatasi masalah dengan cepat," katanya.
(Tin/Ysl)