Pesan Instagram untuk Para Ibu dan Anak: Jadikan Medsos Selayaknya Rumah

Instagram juga mengatakan bahwa saat ini memiliki beberapa fitur yang dapat mengurangi risiko bahaya terhadap anak dalam platformnya, serta membantu pengawasan orangtua

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 22 Des 2022, 18:12 WIB
Diterbitkan 22 Des 2022, 18:12 WIB
Ilustrasi Instagram
Ilustrasi Instagram. (Gambar oleh USA-Reiseblogger dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Instagram mengingatkan pentingnya literasi digital bagi para ibu dan anak, serta memperlakukan sebuah akun media sosial (medsos) selayaknya sebuah rumah di dunia nyata.

Putri Silalahi, Kepala Komunikasi Instagram Asia Tenggara mengatakan, kita tidak mungkin menyembunyikan anak dari teknologi informasi. Bukan tidak mungkin di sana mereka juga akan membangun karir atau mencari nafkah.

"Layaknya dunia nyata, di dunia maya pun akan selalu ada hal-hal jahat," kata Putri dalam INSPIRATO Sharing Session bertemakan "Ibu, Anak, dan Sosmed, Is Everything OK?" pada Kamis (22/12/2022).

"Jadi menurut kami, kuncinya adalah literasi digital. Kuncinya adalah memberi pengertian kepada anak mengenai apa yang mereka follow, apa yang mereka lihat, kemudian siapa yang mereka ajak interaksi," imbuhnya.

Menurut Putri, tak hanya Instagram, di berbagai media sosial ada pilihan untuk memprivat suatu akun, sehingga yang melihat kontennya hanya orang-orang yang terpilih.

"Jadi kita menjadikan media sosial itu rumah kita sendiri. Jadi siapa yang kita izinkan masuk itu orang yang mempunyai izin dari kita," kata Putri.

Putri menambahkan, Instagram juga saat ini memiliki beberapa fitur yang dapat mengurangi risiko bahaya terhadap anak dalam platformnya. Misalnya bagi mereka yang berusia 13-15 tahun, akunnya akan secara otomatis menjadi privat.

"Ini sebenarnya cara Instagram untuk memberitahu karena mereka masih muda, ada baiknya akun mereka hanya dilihat oleh orang-orang yang disetujui sama mereka dan orangtua mereka," kata Putri.

 

Rasa Percaya Antara Orangtua dan Anak

Putri Silalahi, Kepala Komunikasi Instagram Asia Tenggara
Putri Silalahi, Kepala Komunikasi Instagram Asia Tenggara

"Kuncinya adalah kita tidak bisa menyaring apa yang ada di luar sana, tapi kita yang harus memperkuat pertahanan kita," kata Putri menambahkan.

Selain itu, Instagram juga memiliki beberapa fitur yang dapat membantu orangtua untuk lebih memantau penggunaan platformnya oleh anak.

Putri menambahkan, menurut para psikolog dan orangtua, agar anak tidak merasa ruang privasinya terganggu dengan orangtua, kuncinya adalah membangun rasa percaya dan komunikasi yang terbuka.

"Ini kenapa kita bikin fitur pengawasan di Instagram, kalau ada rasa percaya antara anak dan orangtua, kalau ada apa-apa, mereka akan ke orangtua mereka terlebih dahulu," ujarnya.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengatakan, saat ini masyarakat harus sadar sedang hidup di era transformasi digital, di mana teknologi atau internet telah terintegrasi ke berbagai aspek kehidupan.

Rizki Ameliah, Koordinator Literasi Digital Kominfo menyebut, transformasi digital telah memasuki berbagai aspek seperti cara berkomunikasi, berbisnis, hingga pendidikan.

"Ini berarti kita tidak dapat memisahkan hal tersebut, atau anak-anak dari teknologi," kata Rizki dalam program yang sama.

"Bahkan ke depannya anak-anak kita akan hidup berdampingan dengan teknologi sehingga kita, mau tidak mau, suka tidak suka, juga harus hidup berdampingan dengan teknologi tersebut," ujarnya.

 

Bijak dan Cerdas

Rizki Ameliah, Koordinator Literasi Digital Kominfo
Rizki Ameliah, Koordinator Literasi Digital Kominfo (Liputan6.com)

Maka dari itu, penting untuk memiliki kemampuan beradaptasi serta bagaimana untuk bisa menjadi pengguna teknologi digital yang bijak dan cerdas. Selain itu, menurut Rizki, ibu sebagai perempuan, memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dengan lebih cepat.

"Sehingga kita memiliki kemampuan untuk terliterasi atau melek secara digital agar dapat mendampingi dan membantu anak-anak kita menghadapi era digital," kata Rizki.

Rizki mengatakan, untuk itu ibu perlu mengetahui tentang tahap perkembangan anak, memahami kebutuhannya, saat mereka menggunakan internet khususnya media sosial.

"Kemudian jangan sungkan untuk belajar. Jangan pernah malu untuk mempelajari bagaimana internet tersebut," kata Rizki. "Kita juga harus tahu bahwa pembatasan waktu penggunaan media sosial guna mencegah adiksi pada anak."

Orangtua pun juga diimbau untuk tidak ragu melakukan pembatasan, sehingga anak dapat dicegah terpapar situs-situs atau konten negatif di internet.

Yang tidak kalah penting adalah bagaimana ibu dapat mengajari anak tentang konten-konten apa saja yang boleh dilihat oleh mereka, data apa saja yang boleh disimpan, serta cara merespon orang yang ditemui di media sosial.

 

Tak Sembarang Sebar Data Pribadi

Ilustrasi Instagram.
Ilustrasi Instagram. (Photo Copyright by Pixabay)

Rizki juga mengingatkan bahwa ada data-data atau informasi yang sifatnya pribadi, yang sebaiknya tidak dibagikan ke media sosial. Ini berlaku untuk seluruh masyarakat, khususnya anak.

"Tolong tidak disebarkan yang namanya tanggal lahir, tahun, alamat, nomor handphone, foto-foto yang sifatnya terbuka, identitas maupun atribut-atribut anak, NIK, KTP, KK, bahkan biometrik, bahkan paspor anak," kata Rizki.

Menurutnya, satu kali data-data itu tersebar, maka sangat sulit untuk dihilangkan dari internet.

"Mari kita dari sedini mungkin menjaga data pribadi kita, data pribadi anak kita, agar kita dapat mencegah kejadian yang tidak kita inginkan di internet," kata Rizki.

Rizki menambahkan, edukasi atau literasi digital pun dapat dilakukan saat ibu melakukan quality time bersama anak. Sehingga, waktu yang berkualitas ini juga penting untuk dijaga.

Kominfo pun memberikan konsep CABE untuk lebih memahami literasi digital. Ini berarti Cakap di dunia digital, Aman di dunia digital, memiliki Budaya di dunia digital, serta memiliki Etika di dunia digital.

(Dio/Ysl)

Infografis Hari Ibu
Angka Kematian Ibu di Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya