Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, XL Axiata resmi merilis layanan eSIM. eSIM memungkinkan pengguna smartphone untuk terhubung layanan operator tanpa kartu SIM fisik.
Meski belum semua perangkat smartphone dan tablet mendukung penggunaan eSIM, namun XL Axiata melihat adopsi eSIM di jaringannya cukup baik, dua minggu setelah dirilis.
Baca Juga
Presiden Direktur sekaligus CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, dirinya bahkan mendapatkan kejutan menyenangkan dari perilisan eSIM XL Axiata.
Advertisement
"Kalau kita lihat, eSIM itu lumayan, kita dapat pleasant surprise, karena ternyata dari beberapa minggu kita luncurkan eSIM itu adopsinya lebih tinggi dari yang kita perkirakan," kata Dian, ditemui di kediamannya saat buka puasa bersama XL Axiata dan media pada Senin (10/4/2023) malam.
Mesik begitu, Dian mengakui bahwa keterbatasan dari layanan eSIM adalah belum semua perangkat smartphone di pasaran mendukung penggunaan eSIM.
Dian mengatakan, hanya smartphone seri baru dan mayoritas high-end dengan harga di atas Rp 5 juta yang dilengkapi dengan kemampuan eSIM. Menurutnya, sejauh ini, ada banyak sekali pelanggan yang ingin menjajal eSIM tetapi karena keterbatasan perangkat, belum semua orang bisa mencobanya.
"Jadi sebetulnya kalau yang pengin eSIM itu banyak banget, tapi coba dilihat dulu HP-nya bisa enable eSIM atau tidak. Kalau sudah punya perangkat yang mendukung eSIM, bisa segera mendaftarkan ke XL," ia menuturkan.
Â
Adopsi Layanan eSIM Jadi Kejutan Manis Buat XL Axiata
Bicara mengenai handset yang sudah eSIM enable, Dian memerkirakan saat ini baru sekitar 10 persen dari perangkat eksisting yang didukung kemampuan eSIM.
XL yang baru merilis layanan eSIM pun menargetkan di tahun pertama perilisan eSIM bisa menjangkau setidaknya 20 persen dari 10 persen perangkat highend yang sudah eSIM ready. "Tapi kalau seperti ini, proyeksinya bisa lebih baik," tuturnya.
eSIM Menguntungkan di Tengah Kelangkaan Chip
Kehadiran layanan eSIM, menurut Dian, menguntungkan bagi XL Axiata, terutama seiring berjalannya perang antara Ukraina dan Rusia sejak awal tahun 2022.
"Buat kami, eSIM menguntungkan, karena kartu SIM fisik sekarang menjadi mahal," kata Dian.
Advertisement
Harga Chip untuk Kartu SIM Naik Setelah Perang Rusia-Ukraina
Ia pun membeberkan alasannya. Menurutnya, sebelum terjadinya perang Rusia dan Ukraina, harga satu chip yang dipakai di kartu SIM fisik sebesar Rp 1.500. Namun setelah perang kedua negara Eropa Timur ini berlangsung, harga chip yang dipakai di kartu SIM fisik bisa mencapai Rp 7.000.
Hal ini menurutnya tidak terlepas dari Ukraina sebagai salah satu penghasil sumber daya alam gas neon, sebuah komponen penting untuk memproduksi chip.
"Kalau ada eSIM, sebenarnya mengurangi biaya produksinya untuk kami berjualan. Ditambah bagi pelanggan, eSIM lebih enak dan seamless karena pengalamannya digital sepenuhnya," kata Dian.
Layanan eSIM Seamless
Lebih lanjut, eSIM juga membuat pelanggan lebih mudah dan seamless. Misalnya ketika si pelanggan memiliki beberapa nomor dan biasa menyimpan kartu SIM di dompet, dengan eSIM, mereka tidak perlu menyimpan kartu fisik dan takut kehilangan.
Pasalnya, eSIM bisa disimpan di smartphone hingga 5-8 nomor, tetapi yang aktif tetap hanya satu nomor. Bagi operator pun, eSIM juga bisa membantu melayani pelanggan dengan pengalaman digital yang lebih baik.
Advertisement