Liputan6.com, Jakarta - Kecerdasan buatan (AI) diproyeksikan menjadi tulang punggung transformasi digital di Indonesia, khususnya dalam mewujudkan pemerintah digital.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Ekosistem Digital Komdigi, Aryo Pamoragung, dalam Rapat Kerja Nasional Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial (KORIKA).
Baca Juga
Aryo memaparkan visi Indonesia Digital 2045 yang mencakup tiga pilar utama: pemerintah digital, ekonomi digital, dan masyarakat digital. Ia menekankan bahwa AI akan terintegrasi dengan teknologi lain seperti Internet of Things (IoT), Blockchain, dan Quantum Computing.
Advertisement
"AI akan menjadi tulang punggung transformasi digital Indonesia," ujar Aryo melalui keterangan resminya, Kamis (27/2/2025).
Ia juga menyoroti potensi ekonomi digital Indonesia yang diperkirakan mencapai Rp 946 triliun pada tahun 2030. Untuk mendukung inovasi AI, Aryo menekankan pentingnya sandboxing sebagai mekanisme pengujian dan regulasi adaptif. Pengembangan infrastruktur digital, termasuk 5G, fiber optic, dan keamanan data, juga menjadi prioritas.
Ketua Dewan Pengawas KORIKA, Bambang Brodjonegoro, menambahkan bahwa pengembangan AI di Indonesia difokuskan pada sektor informasi, jasa keuangan, dan CRM/IRM.
Prioritas diberikan pada fintech, manufaktur, pendidikan, energi, dan smart city, sementara sektor kesehatan masih bergantung pada impor teknologi.
Bambang menyoroti tantangan utama dalam pengembangan AI, yaitu kesenjangan talenta digital yang diproyeksikan mencapai 3 juta orang pada tahun 2030. Ia menekankan perlunya tambahan 500 ribu talenta digital per tahun.
"Keamanan siber menjadi perhatian serius dengan meningkatnya serangan ransomware dan kebocoran data," tegas Bambang.
Oleh karena itu, tata kelola dan regulasi yang ketat diperlukan untuk melindungi infrastruktur digital nasional.
Kolaborasi dan Masa Depan Inovasi AI di Indonesia
Rakernas ini menjadi wadah diskusi strategis bagi berbagai pemangku kepentingan, mulai dari akademisi, industri, hingga regulator, dalam membangun ekosistem AI yang berdaya saing global.
Ketua Umum KORIKA, Hammam Riza, menegaskan bahwa sinergi antara penelitian, industri, dan kebijakan publik sangat penting untuk memastikan implementasi AI dapat memberikan dampak nyata bagi pembangunan nasional.
“AI bukan hanya sekadar teknologi, tetapi juga alat transformasi untuk meningkatkan daya saing bangsa. Kita harus memastikan bahwa riset dan inovasi AI selaras dengan kebutuhan industri dan kebijakan nasional,” ujar Hammam.
Sebagai langkah konkret, KORIKA akan menginisiasi program penguatan SDM digital, integrasi AI dalam layanan publik, serta pendanaan bagi startup berbasis AI.
Advertisement
Tantangan dalam Mengelola Ekosistem Digital
Meskipun menawarkan banyak manfaat, implementasi ekosistem digital juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Kompleksitas integrasi berbagai sistem dan teknologi membutuhkan perencanaan yang matang dan investasi yang signifikan.
Keamanan data juga menjadi perhatian utama, karena ekosistem digital menyimpan sejumlah besar data sensitif yang rentan terhadap ancaman siber.
Manajemen risiko juga merupakan hal penting. Perusahaan perlu mengelola risiko yang terkait dengan kegagalan sistem, pelanggaran data, dan masalah hukum.
Regulasi dan hukum yang terkait dengan data, privasi, dan keamanan digital juga perlu dipatuhi dengan ketat. Kegagalan dalam hal ini dapat berakibat fatal bagi reputasi dan keberlangsungan bisnis.
Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan atau pemerintah perlu memiliki strategi keamanan siber yang kuat, serta memahami dan mematuhi regulasi yang berlaku. Investasi dalam teknologi dan pelatihan karyawan juga sangat penting untuk memastikan keberhasilan implementasi ekosistem digital.
Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Advertisement
