Buzzer Dianggap Sering Nyampah di Timeline?

Tak sedikit orang yang menganggap kalau mereka (buzzer) sering dianggap nyampah di timeline para pengikutnya. Benarkah?

oleh Dewi Widya Ningrum diperbarui 23 Agu 2013, 19:01 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2013, 19:01 WIB
buzz-tweet-130823c.jpg

Istilah buzzer tentu sudah tidak asing lagi bagi mereka yang sering bergelut di media sosial. Buzzer adalah orang yang mengirimkan pesan yang mempromosikan brand atau produk tertentu kepada follower mereka di Twitter.

Karena tukang nge-buzz, tak sedikit orang yang menganggap kalau mereka (buzzer) sering dianggap nyampah di timeline para pengikutnya. Benarkah demikian?

Menurut Aditya, salah seorang buzzer yang ditemui Liputan6.com, buzzer seharusnya jangan cuma dianggap mempromosikan produk atau brand tertentu saja. Buzzer menurutnya hanya bertugas memberikan informasi kepada masyarakat, namun memang jangan sampai mengganggu.

Karena itulah buzzer harus dapat menyampaikan informasi dengan cara menarik agar orang tidak merasa terganggu dengan isi postingan yang disampaikan. Adit memilih nge-buzz di jam-jam sibuk dimana orang-orang sedang ramai berkicau di Twitter. Menurutnya pada jam-jam itu orang cenderung tidak mempermasalahkan apapun isi Twitter yang di-posting. Selama ini followernya juga tidak pernah menganggapnya nyampah.

Sampaikan Kekurangan

Meski dibayar, Adit mengaku tidak melulu menyampaikan pesan yang bagus-bagus saja tentang produk yang ia buzz. Sisi negatifnya juga coba disampaikan.

"Untungnya klien saya fleksibel, tidak mengharuskan nge-tweet yang baik-baik saja tentang produknya. Jadi saya biasanya juga memasukkan kekurangan tentang produk tersebut," ujarnya.

Senada dengan Adit, Herman yang juga seorang buzzer mengatakan ia selalu melihat dulu brand yang menyewanya menjadi buzzer agar sesuai dengan image-nya. Misalnya di blog atau Twitter ia lebih suka nge-tweet tentang travelling, lalu tiba-tiba ditawari jadi buzzer tentang politik, maka ia akan menolaknya.

"Kalau gak sesuai dengan karakter buzzer seharusnya ditolak. Kalau saya, misalnya konten yang ditawarkan jauh dari bahasan yang biasa saya bahas, biasanya ditolak," ungkapnya.

Sekedar informasi, buzzer ada yang berasal dari komunitas dan ada juga dari agensi yang mengelola buzzer-buzzer. Rata-rata yang nge-tweet berbayar biasanya juga blogger, jadi ia memposting pesan di media sosial dan juga blog. (dew)


Baca juga:

Buzzer, Profesi Kerja yang Menjanjikan di Media Sosial
Mendunia, Buzzer Indonesia Men-Tweet untuk Uang


Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya