Dalam laporan Pacific Economic Cooperation Council (PECC) bertajuk `State of the Region`, perlambatan ekonomi China menjadi risiko paling berbahaya bagi pertumbuhan Asia Pasifik. Sementara itu, survei yang dilakukan PECC pada 560 kepala dan pejabat negara regional menunjukkan bahwa ekonomi China akan terus melambat.
Sebanyak 60% partisipan survei memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi China akan melemah semakin parah dalam satu tahun ke depan. Tanda-tanda pelemahan tersebut dapat dilihat dari sejumlah reformasi kebijakan yang diterapkan pemerintahannya. Meskipun demikian, China tak sendiri, India menemaninya dalam kategori negara APEC dengan pertumbuhan terlamban.
Seperti dikutip dari keterangan tertulis PECC, Sabtu (5/10/2013), para partisipan justru beranggapan positif terhadap Amerika Serikat yang saat ini tengah dilanda isu domestik terkait utang dalam negerinya. Sebanyak 60% partisipan memprediksi pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di wilayah tersebut. Jumlah partisipannya naik dua kali lipat dari tahun lalu yang hanya berjumlah 30%.
Di kawasan Asia Pasifik, Jepang juga dinilai sebagai negara yang ekonominya paling bersinar. Hal ini mengingat Jepang banyak mengambil langkah strategi perekonomian yang tepat dalam menghadapi krisis global. Para partisipan yang menyatakan rasa optimisnya terhadap ekonomi Jepang berjumlah lebih dari setengahnya sekitar 55,4%.
Angka partisipan yang menilai positif pada pertumbuhan ekonomi negara sakura tersebut meningkat pesat dari 19,9% pada 2012.
"Prospek yang lebih positif pada ekonomi Jepang dan Amerika Serikat sangat membahagiakan, tapi kita juga harus menyadari bahwa kedua negara tersebut tengah sibuk dengan penentuan program pemberian stimulusnya (quantitative easing)," ujar ketua PECC Don Campbell.
Meski proyeksinya positif, Campbell tetap menyarankan para pemimpin negara untuk menerapkan Growth Strategy yang diadopsi APEC tiga tahun lalu. Langkah tersebut dapat dilakukan guna mewaspadai adanya perlambatan ekonomi di wilayah Asia Pasifik. (Sis/Ndw)
Sebanyak 60% partisipan survei memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi China akan melemah semakin parah dalam satu tahun ke depan. Tanda-tanda pelemahan tersebut dapat dilihat dari sejumlah reformasi kebijakan yang diterapkan pemerintahannya. Meskipun demikian, China tak sendiri, India menemaninya dalam kategori negara APEC dengan pertumbuhan terlamban.
Seperti dikutip dari keterangan tertulis PECC, Sabtu (5/10/2013), para partisipan justru beranggapan positif terhadap Amerika Serikat yang saat ini tengah dilanda isu domestik terkait utang dalam negerinya. Sebanyak 60% partisipan memprediksi pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di wilayah tersebut. Jumlah partisipannya naik dua kali lipat dari tahun lalu yang hanya berjumlah 30%.
Di kawasan Asia Pasifik, Jepang juga dinilai sebagai negara yang ekonominya paling bersinar. Hal ini mengingat Jepang banyak mengambil langkah strategi perekonomian yang tepat dalam menghadapi krisis global. Para partisipan yang menyatakan rasa optimisnya terhadap ekonomi Jepang berjumlah lebih dari setengahnya sekitar 55,4%.
Angka partisipan yang menilai positif pada pertumbuhan ekonomi negara sakura tersebut meningkat pesat dari 19,9% pada 2012.
"Prospek yang lebih positif pada ekonomi Jepang dan Amerika Serikat sangat membahagiakan, tapi kita juga harus menyadari bahwa kedua negara tersebut tengah sibuk dengan penentuan program pemberian stimulusnya (quantitative easing)," ujar ketua PECC Don Campbell.
Meski proyeksinya positif, Campbell tetap menyarankan para pemimpin negara untuk menerapkan Growth Strategy yang diadopsi APEC tiga tahun lalu. Langkah tersebut dapat dilakukan guna mewaspadai adanya perlambatan ekonomi di wilayah Asia Pasifik. (Sis/Ndw)