3 Prioritas Pemerintah Jelang Pasar Bebas ASEAN 2015

Menteri Perindustrian, MS Hidayat mengungkapkan, persiapan pemerintah dan dunia usaha telah mencapai 81% untuk hadapi MEA 2015.

oleh Septian Deny diperbarui 27 Mei 2014, 13:45 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2014, 13:45 WIB
Menperin MS Hidayat
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian, MS Hidayat menyatakan, pemerintah dan seluruh pelaku usaha harus segera bersiap untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MAE) 2015. Hal ini karena pasar bebas antar negara di kawasan Asia Tenggara tersebut akan berlangsung dalam jangka waktu 1 tahun ke depan.

"Kami berkesimpulan bahwa MEA yang akan berlaku pada akhir 2015 harus disikapi secara lebih serius. Ini karena waktunya tidak panjang dan masih banyak hal yang harus kita benahi," ujar Hidayat di Jakarta, seperti ditulis Selasa (27/5/2014).

Dia menjelaskan, ada tiga hal yang perlu segera dibenahi oleh pemerintah dan pelaku usaha agar produk dan jasa dari dalam negeri mampu bersaing dalam pasar bebas ASEAN. Pertama yaitu soal biaya produksi di dalam negeri yang dianggap masih terlalu mahal jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

"Production cost yang menyangkut komponen-komponen, apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain, kita masih mahal," kata Hidayat.

Hal kedua yang juga perlu pembenahan yaitu soal jasa para tenaga kerja Indonesia harus memiliki sertifikasi sesuai dengan bidang profesi masing-masing. Dengan adanya sertifikasi ini, maka diharapkan tenaga kerja asal Indonesia mampu bersaing dan bisa bekerja di negara-negara ASEAN.

"Sertifikasi jasa profesi harus bisa penuhi. Karena nanti saat MEA berlaku maka profesi dari jasa pekerjaan itu akan berlangsung secara menyeluruh untuk seluruh anggota ASEAN, misalnya untuk perawat, ahli teknik, dokter, arsitek, dan sebagainya, itu menggunakan sertifikasi yang berlaku untuk semua. Kalau kita tidak memenuhi persyaratan itu, nanti banyak pekerjaan diambil oleh negara lain dan kita tidak bisa menolaknya, karena itu adalah rules," jelas dia.

Sedangkan hal ketiga yang juga tidak kalah penting untuk segera dibenahi yaitu soal ketersediaan infrastrukur penunjang pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya infrastruktur yang baik, maka diharapkan dapat membantu menekan biaya produksi yang tinggi.

Meski demikian, Hidayat mengungkapkan persiapan pemerintah dan dunia usaha telah mencapai 81%. Maka dengan demikian, dirinya yakin Indonesia akan mampu bersiang dengan baik saat berlangsungnya MEA.  "Persiapannya kami sudah 81%. Soal efisiensi kami bisa menyamai. Kita berada di nomor 6 dari seluruh negara ASEAN yang 10 negara itu," tandasnya. (Dny/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya