Di Tangan Siapa Harga BBM Bakal Naik, SBY atau Jokowi?

Kini keputusan menaikkan harga BBM guna memangkas subsidi tersebut menjadi isu yang sangat krusial.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 27 Agu 2014, 13:01 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2014, 13:01 WIB
Jokowi ketemu SBY
(ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)

Liputan6.com, New York - Subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang terlampau tinggi menjadi masalah yang kian meradang di Tanah Air mengingat dampaknya yang cukup signifikan pada perekonomian negara. Tak heran, kini keputusan menaikkan harga BBM guna memangkas subsidi tersebut menjadi isu yang sangat krusial.

Persoalannya, di tangan siapa eksekusi kenaikan harga BBM akan berjalan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau penggantinya, presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi)?

Mengutip laman CNBC, Rabu (27/8/2014), sejumlah analis yakin, SBY akan menaikkan harga BBM sebelum lengser dari jabatan yang telah digenggamnya selama 10 tahun terakhir ini.

"Meski masa pemerintahan SBY akan berakhir dalam dua bulan ke depan, tapi hal itu tidak menutup kemungkinan, dia akan menaikkan harga BBM sebelum Jokowi resmi dilantik pada Oktober," ungkap sejumlah analis perekonomian CIMB dalam laporannya.

Meski begitu, tak semua para pelaku pasar yakin bahwa SBY akan menjadi sosok pemberani yang memangkas subsidi BBM sebelum akhir pemerintahannya.

"Tak seluruh pihak yakin bahwa SBY akan menaikkan harga BBM sebelum Oktober, tapi tingkat kemungkinannya terus meningkat dalam beberapa minggu terakhir," terang ekonom ANZ Daniel Wilson.

Menurut pandangan ANZ, presiden ketujuh Jokowi akan menjadi satu-satunya pemimpin yang berani melakukan penyesuaian harga BBM. Wilson yakin, Jokowi kemugkinan akan melakukannya awal tahun depan.

Tapi tetap saja, sebagian analis yakin SBY akan mengambil langkah tersebut sebelum kehilangan otoritasnya sebagai pimpinan negara.

"Sangat mungkin (SBY menaikkan harga BBM). Tapi siap-siap saja, masyarakat harus sudah siap menghadapi reaksi negatif yang muncul dari sejumlah masyarakat," terang Kepala Riset Ekuitas Asia di ABN Amro.

Dia menjelaskan, kodisi seperti ini dapat menghasilkan tekanan inflasi yang ikut menekan tingkat konsumsi. Tapi dalam waktu lama kondisi ini akan menjadi baik. Banyak orang baru akan menyadarinya saat pemerintah bisa mengalihkan dana subsidi tersebut ke sejumlah sektor lain yang lebih bermanfaat.

Meski begitu, Wilson memprediksi keputusan kenaikan harga BBM akan dilakukan dalam waktu dekat dan berdampak positif di pasar.

"Para investor jangka panjang akan melihat sedikit infkasi tak tak akan lama," katanya.

Sejauh ini, subsidi BBM tercatat lebih banyak dinikmati masyarakat kelas menengah ke atas dan dianggap kurang tepat sasaran. Subsidi tersebut tak banyak dirasakan rakyat-rakyat kecil. (Sis/Ndw)

*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya