Premium Ditiadakan, Impor BBM RI Meningkat

Saat ini kebutuhan Premium dan Pertamax Indonesia 16 juta barel ber bulan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 21 Des 2014, 19:43 WIB
Diterbitkan 21 Des 2014, 19:43 WIB
Tanggapan Jokowi Mengenai BBM
Pemerintah kembali melakukan pengendalian konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dengan menghapus premium di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berada di jalan tol mulai 6 Agustus 2014.

Liputan6.com, Jakarta - Tim Rekomendasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi merekomendasikan penghentian impor Bahan Bakar Minyak (BBM) ron 88 atau dikenal dengan premium dan digantikan dengan ron 92 atau pertamax, dengan begitu diperkirakan impor BBM akan meningkat.

Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi Darmawan Prasodjo mengatakan, saat ini kebutuhan Premium dan Pertamax Indonesia 16 juta barel ber bulan, kebutuhan tersebut dipenuhi dari kilang dalam negeri dan luar negeri.

"16 juta barel per bulan itu kebutuhan premium plus pertamax," kata Darmawan, di Jakarta, Minggu (21/12/2014).

Darmawan menyebutkan produksi minyak dari kilang dalam negeri sebesar 6 juta barel per bulan. Sedangkan sisanya impor 10 juta barel per bulan. "Pertamaxnya sedikit sekali (karena konsumsi BBM sebagian besarnya  premium," ungkapnya.

Jika kedepan Ron 88 ditiadakan, dan paling rendah ron yang dikonsumsi 92  maka diperkirakan impor BBM akan meningkat 1 juta barel per bulan. Pasalnya kilang Indonesia yang biasa memproduksi 6 juta premium menurun menjadi 5 juta barel per bulan.

"Karena RON 88 diubah ke RON 92 maka produksinya menurun jadi 5 juta barel per bulan. Jadi impor 11 juta barel per bulan. Konsumsi tetap karena pengubahan tersebut, jadi total tetap 16 juta barel per bulan," pungkasnya.(Pew/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya