Liputan6.com, Jakarta - Pesawat AirAsia berkode nomor penerbangan QZ8501 rute Surabaya-Singapura yang hilang kontak dengan Air Traffic Control (ATC) Bandara Internasional Soekarno-Hatta sekitar pukul 06.17, Minggu 28 Desember 2014 masih mengundang tanda tanya besar.
Menanggapi hal ini, Pengamat Transportasi Udara Arista Atmadjati mengatakan, pesawat yang hilang tersebut sebenarnya sangat mengejutkan. Lantaran dalam 10 tahun terakhir pesawat terbang menjadi moda angkut penumpang yang paling aman.
"Sebetulnya dalam 10 tahun belakangan keselamatan penerbangan di Indonesia sudah membaik, sampai dengan terjadinya insiden AirAsia ini," ujar Arista saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (29/12/2014).
Menurut dia, secara garis besar ada empat penyebab terjadinya kecelakaan pesawat, yaitu faktor manusia, cuaca buruk, kerusakan teknis mesin dan tindakan sabotase seperti teroris. Dalam kasus AirAsia, Arista menduga disebabkan oleh cuaca yang buruk.
Advertisement
"Kalau insiden ini lebih disebabkan oleh faktor cuaca yang buruk," lanjut dia.
Arista mengungkapkan, kecil kemungkinan jika insiden ini disebabkan oleh faktor kerusakan teknis mesin. Lantaran, maskapai milik pengusaha Tony Fernandes tersebut selama ini dikenal memiliki sistem perawatan pesawat yang cukup baik.
"Kasus AirAsia ini mengejutkan, karena dia maintenance-nya bagus. Malah selalu meraih Best LCC (Low Cost Carrier) 6 kali," kata Arista.
Arista meminta agar Kementerian Perhubungan selaku regulator melakukan random check audit terhadap pesawat miliki maskapai yang beroperasi di Indonesia untuk menghindari insiden tersebut kembali terulang.
"Ke depannya, regulator harus random check audit langsung di lapangan. Harus rutin dan random audit safety-nya," tandas Arista. (Dny/Ahm)