Liputan6.com, Kuala Lumpur - Tak menunggu lama usai mengetahui pesawat AirAsia berkode nomor penerbangan QZ8501 hilang saat menuju Singapura dengan nomor penerbangan QZ8501, CEO AirAsia Group Tony Fernandes langsung bertolak ke Surabaya untuk mengikuti perkembangan pencarian dan bertemu dengan keluarga para penumpang.
Hilangnya pesawat AirAsia, kata dia, merupakan mimpi terburuknya. Fernandes tak ingin berspekulasi mengenai kondisi armada udara tersebut.
"Saat ini, kami tak tahu apa yang menjadi penyebab hilangnya pesawat. Kami tak mau berspekulasi saat ini," ungkap Fernandes seperti dikutip New York Times, Senin (29/12/2014).
Advertisement
Selama ini AirAsia, yang berbasis di Malaysia, memiliki catatan keamanan yang baik. Maskapai tersebut juga tak pernah kehilangan pesawat sebelumnya.
AirAsia Group, termasuk afiliasinya di Thailand, Filipina dan India, tidak pernah mengalami kecelakaan sejak operasi maskaoai penerbangan Malaysia tersebut dimulai pada 2002. Namun, bisnis penerbangan murah AirAsia akhirnya harus berhadapan dengan tantangan terbesar selama industri tersebut berjalan.
Tak heran jika dalam salah satu pernyataan melalui akun Twitter pribadinya, Fernandes mengaku sangat terkejut.
-This is my worst nightmare. But there is no stopping- @tonyfernandes
"Ini merupakan mimpi terburuk bagi saya. Tapi ini bukan berarti (kami) harus berhenti," ujarnya.
Dia juga mengaku sangat terharu dengan dukungan besar yang diterima khususnya dari sesama rekan pengusaha di sektor penerbangan.
AirAsia Group dibangun dengan hanya dua pesawat pada 2001 dan terus berkembang menjadi industri maskapai besar yang mengoperasikan lebih dari 180 pesawat. Semua itu dilakukan dalam 10 tahun terakhir. (Sis/Ahm)