Liputan6.com, New York - Negara-negara penghasil minyak terbesar di dunia yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) hingga saat ini masih mempertahankan keputusannya untuk tidak memangkas volume produksinya. Keputusan itu tetap diambil bahkan saat harga minyak telah melemah ke level terendah dalam lebih dari lima tahun terakhir.
Dalam kondisi seperti ini, tentu saja para pengusaha di industri tambang yang akan menjadi korban.
Mengutip laman Bloomberg, Senin (19/1/2015), mulai dari pasar batu bara hingga bijih besi harus merasakan dampak negatif dari penurunan harga minyak. Pasalnya para pemasok tetap meningkatkan volume produksi bahkan saat harganya turun.
Advertisement
Saat ini pasokan bijih besi dan berbagai komoditas tambang lainnya terus membludak sementara dan para pelaku usaha tambang harus mengorbankan untungnya. Itu agar para pengusaha tetap dapat memperoleh penghasilan dan meredakan persaingan ketat dengan pengusaha lain.
Harga batu bara yang digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik serta batu bara yang menjadi bahan utama pembuatan baja kini telah merosot hingga lebih dari 50 persen sejak 2011. Penambahan pasokan dan penurunan permintaan dari China yang merupakan konsumen komoditas terbesar juga semakin menekan harga batu bara.
Dengan OPEC yang bertahan tidak memangkas produksi dan meningkatnya pasokan minyak di AS, pasar minyak akan terus menebarkan derita pada industri lain.
"Jika OPEC sekarang dan nanti tetap bersikukuh dengan keputusannya, maka apa yang terjadi pada industri komoditas lain dapat menjadi sebuah peringatan," ujar Analis Sumber Daya Alam di Fat Prophets David Lennox. (Sis/Ndw)