Tim Ahli Wapres Tak Yakin Jokowi Restui Merger BNI-Bank Mandiri

Menurut Ketua Tim Ahli Wapres, Sofyan Wanandi, untuk mengembangkan bank BUMN dapat dengan menyuntikkan modal ke perbankan lewat PMN.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 13 Feb 2015, 14:12 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2015, 14:12 WIB
Sofyan Wanandi
Sofyan Wanandi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Rencana penggabungan PT Bank Mandiri Tbk dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) terus bergulir. Namun pemerintah tak yakin Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan merestui aksi merger dua bank pelat merah itu selama lima tahun ke depan meski sinyal setuju sudah disampaikan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.

"Saya tidak percaya itu (Jokowi setuju merger), tapi dunia bisa berubah," ucap Ketua Tim Ahli Wakil Presiden, Sofyan Wanandi singkat saat ditemui usai menghadiri Jakarta Food Security Summit di JCC, Jakarta, Jumat (13/2/2015).

Mantan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) itu pun menegaskan rencana peleburan Bank Mandiri dan Bank BNI belum terpikir oleh pemerintahan Jokowi pada tahun ini.

"Tidak ada rencana, dan rencana itu tidak ada. Itu maunya pengamat saja, karena memang belum sampai ke sana. Lagipula itu urusan Bu Rini (Menteri BUMN)," ujar Sofyan.

Menurut dia, Bank BNI dan Bank Mandiri tak perlu mengembangkan bisnis atau perusahaan melalui cara merger. Upaya lain, pemerintah dapat menyuntikkan modal ke perbankan tersebut lewat Penyertaan Modal Negara (PMN).

"Tidak usah merger-merger, lama-lama mereka juga akan besar. Kalau value dari merger tidak sama, malah jadi perkara lagi.cara lain bantulah mereka punya ekuitas lebih banyak supaya bisa berkembang, jadi pakai cara menambah PMN," saran Sofyan.

Sebelumnya Menteri BUMN Rini Soemarno menuturkan, penggabungan (merger) dua bank pelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk masih perlu dibahas lebih dalam. Sejumlah strategi terus diupayakan mengingat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah berada di depan mata. Dia berharap bank di Tanah Air tidak tergilas oleh keberadaan bank asing.

Rencana penggabungan bank santer terdengar. Rencana itu digulirkan oleh Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dengan harapan bank Tanah Air mampu bersaing dengan bank ASEAN. Namun, lanjut Menkeu, kendati digabung dua bank tersebut belum mampu bersaing dengan Bank DBS asal Singapura.

Sekadar informasi, hingga akhir tahun lalu PT Bank Mandiri Tbk mencatat total aset senilai Rp 855 triliun, sedangkan total aset BNI pada 2014 sebesar Rp 416,6 triliun . Jika kedua bank itu digabung, total asetnya mencapai Rp 1.271,6 triliun. Sedangkan DBS saat ini mencatat aset US$ 318,4 miliar atau sekitar Rp 4.038 triliun (kurs: Rp 12.683 per dolar Amerika Serikat).  (Fik/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya