Liputan6.com, Jakarta - Keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menambah moda transportasi di Jakarta dalam bentuk Light Rail Transit/LRT dinilai seharusnya dilakukan sejak lama.
Pengamat Transportasi Universitas Indonesia Ellen Tangkudung mengatakan, hal itu karena saat ini Jakarta sangat kekurangan transportasi massal.
Padahal, alat transportasi massal menjadi jalan satu-satunya untuk mengurangi kemacetan di Jakarta.
"Untuk tidak macet harus pindah dan tidak memakai kendaraan pribadi. Sekarang kereta, busway penuh. Jadi satu-satunya jalan menambah kapasitas angkutan umum," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Jumat (24/4/2015).
Memang, untuk pengadaan LRT mesti membutuhkan kajian yang mendalam. Pengkajian tersebut mesti mempertimbangkan teknologi serta rute yang disasar. Terpenting, pengadaan LRT seharusnya diadakan dalam waktu yang lebih cepat.
"MRT dan LRT 2018 harus lebih cepat. Sekarang sudah luar biasa keadaannya," terang dia.
Jokowi telah menugaskan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) untuk mengerjakan proyek LRT menggantikan proyek monorel yang mandek. Kehadiran LRT diharapkan dapat mengurangi kemacetan DKI Jakarta‎ secara signifikan.
Direktur ADHI Supardi mengatakan, proyek tersebut akan memakan konstruksi tiga tahun. "Konstruksi mudah-mudahan ambil terjelek 3 tahun," kata dia.
Pada tahap pertama, proyek ini meliputi rute Cibubur-Cawang-Dukuh Atas dengan panjang mencapai 30 kilometer (km). Rencananya, konstruksi akan dimulai sekitar semester II 2015. "Kalau semua jalan, tahun ini semester dua," ujarnya.
Untuk pembiayaan, Adhi Karya akan menggelar penawaran umum saham terbatas (rights issue) pada Juni 2015. Dana yang diharapkan terkumpul sebesar Rp 2,7 triliun.(Amd/Nrm)