RI Butuh Rp 402 Triliun untuk Kembangkan Energi Terbarukan

Kontribusi energi baru terbarukan mencapai 25 persen di program listrik 35 ribu MW antara lain 751 MW dari PLTP.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Agu 2015, 14:30 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2015, 14:30 WIB
Menteri ESDM dan Komisi VIII Sepakati Volume Solar Tahun 2016
Menteri ESDM Sudirman Said mengikuti rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Jakarta, Rabu (24/6/2015). DPR dan Kementerian ESDM menyepakati volume Solar bersubsidi tahun 2016 berkisar antara 16 juta - 18 juta Kiloliter (KL). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Porsi pembangkit yang menggunakan energi terbarukan (EBT) sebesar 25 persen dalam program ketenaga listrikan 35 ribu Mega Watt (MW). Untuk mengembangkan pembangkit menggunakan energi terbarukan itu membutuhkan investasi sekitar Rp 402 triliun.

"Untuk itu perlu investasi mungkin dalam jangka pendek lebih mahal dari konvensional sebesar Rp 402 triliun," tegas Menteri ESDM Sudirman Said, saat memberi laporan pembukaan acara The 4th Indonesia EBTKE Conex 2015, di Jakarta Convention Center, Senayan Jakarta, Rabu (19/8/2015).

Sudirman menuturkan, kontribusi energi baru terbarukan yang mencapai 25 persen di program ketenagalistrikan 35 ribu MW antara lain terdiri dari 751 MW dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 2438 MW. Kemudian 1.056 MW dari pembangkit listrik tenaga bioenergi dan pembangkit listrik lainnya 3.405 MW.

Menurut Sudirman, pemerintah akan terus melakukan terobosan untuk mendorong pengembangan energi baru terbarukan, di antaranya perbaikan tata kelola dan harga pemberian insentif dan kemudahan perizinan.

"Kami terus melakukan terobosan kebijakan untuk energi baru, beberapa terobosan memperbaiki tata kelola panas bumi, bersama menteri keuangan terus beri insentif bea masuk barang modal. Kehutanan, keuangan dan perhubungan mandatori porsi biodiesel, feed in tarif pengusaha medapat margin sehat membangun sektor ini, bersama BKPM pemusatan perizinan dan kementerian perindustrian TKDN," ujar Sudirman. (Pew/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya