Liputan6.com, New York - Nilai tukar ringgit Malaysia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah melemah ke posisi terendah dalam 17 tahun terakhir. Bahkan, mata uang ringgit menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di antara mata uang lainnya di Asia pada tahun ini. Nilai tukar ringgit telah melemah lebih dari 20 persen jika dihitung dari awal 2015 ini.
Pelemahan tersebut merupakan kombinasi dari turunnya harga komoditas, perlambatan perekonomian China dan juga tingginya keyakinan pelaku pasar akan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
Mengutip CNBC, Sabtu (29/8/2015), pelemahan mata uang Malaysia tersebut sebenarnya juga dialami oleh beberapa negara lainnya. Sejak tahun lalu, beberapa negara yang perekonomiannya didorong oleh ekspor komoditas harus menghadapi masalah karena adanya penurunan harga minyak dunia akibat pasokan berlebih yang merembet ke komoditas lainnya.
Selain itu, perlambatan perekonomian China yang disambut dengan kebijakan devaluasi Yuan China juga membuat mata uang di Asia mengalami penurunan terhadap dolar AS.
Tekanan mata uang di luar dolar AS diperdalam dengan adanya rencana dari Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga di tahun ini. Persepsi pelaku pasar akan pertumbuhan ekonomi yang kuat di Amerika Serikat membuat mata uang negara adi daya tersebut menguat tinggi.
Pelemahan nilai tukar ringgit tersebut akan bertambah parah dengan adanya gejolak politik di Malaysia. Gejolak yang bermula dari skandal 1MDB.
1MDB merupakan kependekan dari 1Malaysia Development Berhad. 1MBD dibentuk oleh Perdana menteri Najib Razak pada 2009 yang tujuannya untuk pembangunan infrastruktur di Malaysia. Pada 2014, laporan keuangan 1MBD terdapat beberapa dana yang hilang. Sebagai pemimpin dan penasehat 1MBD, Najib dituduh menerima uang dari badan tersebut.
Para analis semula memperkirakan bahwa pelemahan ringgit tidak akan sedalam saat ini. Pelemahan ringgit semula lebih disebabkan oleh faktor eksternal yaitu harga komoditas di pasar global yang mengalami penurunan.
Penurunan harga komoditas tersebut membuat pendapatan negara mengalami penurunan. Sebagai salah satu produsen minyak utama di Asia tenggara, pendapatan negara Malaysia dari minyak mencapai 30 persen.
Banyak analis yang menyatakan bahwa sebenarnya secara fundamental, perekonomian malaysia cukup baik. Pertumbuhan ekonomi mereka pada kuartal II 2015 kemarin berada di level 4,9 persen, lebih baik dari perkiraan meskipun harga komoditas mengalami penurunan.
Namun dengan adanya skandal 1MDB, analis melihat bahwa masalah skandal tersebut akan membuat investor gelisah dan menarik dananya dari negara tersebut. Akibatnya mata uang ringgit Malaysia bisa kembali turun ke level yang lebih dalam lagi. (Gdn/Ahm)
Kejatuhan Ringgit Malaysia Bisa Lebih Dalam Lagi
Pelemahan nilai tukar ringgit akan bertambah parah dengan adanya gejolak politik di Malaysia.
Diperbarui 29 Agu 2015, 18:06 WIBDiterbitkan 29 Agu 2015, 18:06 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Produksi Liputan6.com
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Wakil Wali Kota Depok Ajak Masyarakatnya Melek Akan Perubahan Iklim
Arti Mimpi Mobil Hilang: Makna dan Tafsir yang Perlu Anda Ketahui
Mitigasi Siklon Tropis di Indonesia, BRIN Kembangkan Sadewa dan Kamajaya
Polda Jatim Naikan Status Perkara SHGB Laut Sidoarjo jadi Penyidikan
Cara Membahagiakan Orangtua di Alam Kubur jelang Ramadhan, Penjelasan KH Nasaruddin Umar
Hasil LaLiga: Tanpa Bellingham, Real Madrid Sikat Girona
3 Kiper Terburuk Manchester United Sepanjang Sejarah: Andre Onana Selamat dari Daftar
Menteri Hukum Bantah Intervensi Kehakiman oleh Presiden Prabowo Subianto
Inilah Asal-usul Nama Kawasan Sukamiskin
Arti Mimpi Dimarahi Orang: Makna dan Tafsir yang Perlu Diketahui
Viral, Pengendara Motor Tantang Kereta Api di Probolinggo Berakhir Innalillahi
Mimpi Memakai Gelang Emas Menurut Islam: Tafsir dan Maknanya