Liputan6.com, Kuala Lumpur - Mata uang Malaysia Ringgit menuju pelemahan untuk 10 pekan berturut-turut, dan ini terpanjang sejak 2013. Pelemahan Ringgit itu dipicu dari ribuan demonstran siap menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Najib Razak pada akhir pekan.
Berdasarkan data Bloomberg, Ringgit depresiasi 1,1 persen dalam lima hari terakhir menjadi 4,2273 per dolar Amerika Serikat pada pukul 10.18 waktu Kuala Lumpur. Pada hari ini, Ringgit naik 0,2 persen.
Ringgit telah melemah sekitar 25 persen dari posisi tahun lalu, dan ini penurunan terbesar mata uang di Asia. Mata uang Ringgit telah merosot 25 persen didorong dari sentimen politik terutama menurunkan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak. Hal itu ditambah harga minyak mentah Brent telah melemah 53 persen, dan ini memukul negara pengekspor minyak.
Advertisement
Sementara itu, imbal hasil obligasi atau surat utang pemerintah bertenor 10 tahun naik tiga basis poin menjadi 4,42 persen. Angka itu tertinggi dalam tujuh tahun ini. Sentimen negatif membayangi imbal hasil tersebut lantaran kondisi bursa saham China merosot yang dipicu kekhawatiran pertumbuhan ekonominya.
"Secara keseluruhan, sentimen masih sangat lemah. Masih banyak kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Malaysia dan beberapa isu dalam negeri," ujar Choong Yin Pheng, Analis Hong Leong Bank Bhd, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Jumat (28/8/2015).
Analis Australia and New Zealand Banking Group Ltd, Khoon Goh menuturkan meski harga minyak telah pulih menjelang akhir pekan akan tetapi Ringgit gagal untuk memanfaatkan sentimen tersebut.
Christian de Guzman, Vice President Moody's Investors Services di Singapura mengatakan pihaknya menaruh prospek positif untuk Malaysia menjadi A3 dan ini level terendah keempat untuk investasi.
Sementara itu, polisi bersiap untuk menghadapi ribuan demonstran di ibu kota. Hal itu menuntut pengunduran diri Najib setelah penyelidikan resmi menunjukkan kalau perdana menteri menerima miliaran Ringgit di rekening pribadinya pada 2013. Diperkirakan sekitar 200 ribu demonstran bergerak di Kuala Lumpur. (Ahm/Gdn)