Intip Gerak Ringgit Malaysia Usai Demo Kelompok Kuning

Mata uang Ringgit Malaysia bergerak di kisaran 4.1875-4.2025 per dolar Amerika Serikat.

oleh Agustina Melani diperbarui 31 Agu 2015, 11:53 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2015, 11:53 WIB
Ringgit Malaysia.
Ringgit Malaysia (Foto: Reuters).

Liputan6.com, Jakarta - Mata uang Ringgit Malaysia cukup bergerak fluktuaktif di awal pekan ini usai aksi demo dilakukan oleh kelompok Bersih pada 29-30 Agustus 2015.

Mengutip data Bloomberg, Senin (31/8/2015) posisi ringgit dibuka menguat 30 poin menjadi 4.1960 per dolar Amerika Serikat (AS) dari posisi penutupan perdagangan Jumat 28 Agustus 2015 di kisaran 4.1990 per dolar AS. Ringgit sempat sentuh level 4.2025 pada pukul 12.15 waktu Singapura. Hingga siang ini, ringgit berada di kisaran RM 4.1875-4.2025 per dolar AS. Ringgit sempat sentuh level terendah di kisaran 4.2430 pada 24 Agustus 2015.

Mata uang Ringgit Malaysia termasuk mata uang yang mengalami pelemahan tajam di kawasan Asia. Ringgit Malaysia telah melemah sekitar 20,06 persen dari posisi 3,4973 per dolar AS pada 31 Desember 2014 menjadi 4,1990 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat 28 Agustus 2015.

Ekonom Bank of America Merrill Lynch of Singapore Chua Hak Bin menuturkan, kegaduhan politik telah menganggu pemerintah dan membuat turbulensi di pasar keuangan. Hal itu ditunjukkan dari dana asing telah keluar lebih dari US$ 3 miliar dari bursa saham. Ringgit pun jatuh ke level terendah dalam 17 tahun.

Malaysia tak sendirian, mata uang Indonesia yaitu rupiah juga tertekan. Akan tetapi, pelemahan rupiah tak sebesar Ringgit. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia Indonesia (BI), rupiah melemah sekitar 12,75 persen dari posisi 12.440 per dolar AS pada 31 Desember 2014 menjadi 14.027 per dolar AS pada Senin 31 Agustus 2015.

Sejak tahun lalu, beberapa negara yang perekonomiannya didorong oleh ekspor komoditas harus menghadapi masalah karena adanya penurunan harga minyak dunia akibat pasokan berlebih yang merembet ke komoditas lainnya.

Selain itu, perlambatan perekonomian China yang disambut dengan kebijakan devaluasi Yuan China juga membuat mata uang di Asia mengalami penurunan terhadap dolar AS.

Tekanan mata uang di luar dolar AS diperdalam dengan adanya rencana dari Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga di tahun ini. Persepsi pelaku pasar akan pertumbuhan ekonomi yang kuat di Amerika Serikat membuat mata uang negara adi daya tersebut menguat tinggi.

Pelemahan nilai tukar ringgit tersebut akan bertambah parah dengan adanya gejolak politik di Malaysia. Gejolak yang bermula dari skandal 1MDB.

1MDB merupakan kependekan dari 1Malaysia Development Berhad. 1MBD dibentuk oleh Perdana menteri Najib Razak pada 2009 yang tujuannya untuk pembangunan infrastruktur di Malaysia. Pada 2014, laporan keuangan 1MBD terdapat beberapa dana yang hilang. Sebagai pemimpin dan penasehat 1MBD, Najib dituduh menerima uang dari badan tersebut. (Ahm/Ndw)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya