Liputan6.com, New York - Harga emaskembali turun pada Jumat (Sabtu pagi WIB) merespons data nonfarm payrolls Amerika Serikat (AS) yang gagal meredakan ketidakpastian atas prospek kenaikan suku bunga acuan yang akan dilakukan Bank Sentral AS atau The Fed.
Laporan Departemen Tenaga Kerja yang dirilis pada hari Jumat, menunjukkan data nonfarm payrolls naik 173 ribu bulan lalu, melambat dari kenaikan bulan Juli direvisi naik dari 245 ribu.
Namun tingkat pengangguran turun menjadi 5,1 persen, terendah dalam lebih dari tujuh tahun dan percepatan upah terus prospek hidup dari kenaikan suku bunga Federal Reserve akhir bulan ini.
Harga emas di pasar spot turun 0,4 persen menjadi US$ 1.120,8 per ounce, sementara harga emas berjangka untuk pengiriman Desember ditutup turun 0,3 persen pada US$ 1.121,4 per ounce. Logam mulia berada di tren penurunan dalam dua minggu berturut-turut.
Emas berada di bawah tekanan tahun ini merespons rencana The Fed akan menaikkan suku untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade.
The Fed telah menunjukkan bahwa waktu kenaikan suku bunga sebagian besar tergantung data ekonomi AS yang dirilis pemerintah.
Tidak adanya pembeli emas China juga menekan emas karena pasar utama ditutup untuk libur umum. Senin akan menjadi hari libur AS.
Tak hanya emas, logam mulia lainnya yaitu perak juga tercatat turun 1,8 persen menjadi US$ 14,51 per ounce. Platinum terkikis 1,3 persen menjadi US$ 987,74 per ounce, sedangkan paladium naik 0,8 persen ke level US$ 577,5 per ounce. (Ndw/Igw)