Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah percaya bahwa pertumbuhan ekonomi di 2016 nanti akan lebih baik jika dibandingkan dengan tahun ini. Bahkan, jika kondisi ekonomi global sudah membaik, pemerintah yakin pertumbuhan ekonomi RI bakal sentuh angka 6 persen.
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan, dalam pemaparannya  di acara Internasional Business Think yang digagas University of New South Wales (UNSW) Australia pada Kamis 26 November 2015 lalu menjelaskan, pertumbuhan ekonomi nasional telah mulai pulih.
Terlihat, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III 2015 tercatat 4,73 persen, membaik jika dibanding dengan kuartal II 2015 yang tercatat 4,67 persen dan kuartal I 2015 yang tercatat 4,72 persen.
Baca Juga
Luhut melihat, dengan adanya beberapa paket kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, pertumbuhan ekonomi bakal melaju lebih kencang lagi pada tahun depan. Alasannya, paket kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut belum berdampak besar saat ini namun baru akan bisa terlihat di tahun depan.
"Paket kebijakan belum terlalu berdampak sekarang, paket kebijakan tersebut baru terlihat nyata hasilnya mulai Ferbuari 2016 nanti," jelasnya seperti ditulis Minggu (29/11/2015).
Untuk diketahui, pemerintah telah mengeluarkan 6 paket kebijakan mulai pertengahan September hingga pertengahan November kemarin. Paket kebijakan tersebut sebagian ebsar diarahkan untuk mendorong pertumbuhan investasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Luhut melanjutkan, dengan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2015 ini, pemerintah yakin bahwa pada tahun depan pertumbuhan ekonomi bakal melaju kencang.
Dalam perkiraannya, minimal pertumbuhan ekonomi nasional bisa mencapai 5,6 persen. Bahkan Luhut yakin bahwa jika pertumbuhan ekonomi global juga membaik maka pertumbuhan ekonomi nasional bisa di angka 6 persen.
Pendorong pertumbuhan ekonomi tersebut antara lain belanja pemerintah di sektor infrastruktur. Beberapa proyek infrastruktur pemerintah telah berjalan di tahun ini dan sudah terlihat dampaknya di beberapa sektor. Ia mencontohkan, pada kuartal III 2015 ini permintaan semen mulai naik.
Perkiraan BI
Perkiraan BI
Berbeda dengan pemerintah, Bank Indonesia (BI) lebih pesimistis dalam menargetkan pertumbuhan ekonomi di tahun depan. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2016 berada pada rentang 5,2 persen- 5,6 persen. Penopang pertumbuhan dari domestik terutama dari sisi investasi.
Sejalan dengan itu, Gubernur BI Agus Martowardojo memprediksi pertumbuhan kredit tahun 2016 sebesar 12 persen-14 persen. Lalu laju inflasi berada pada kisaran 4 plus minus 1 persen. Defisit transaksi berjalan di bawah 3 persen.
Dalam jangka menengah (2017-2019) pertumbuhan perekonomian diperkirakan 6 persen-6,5 persen. Inflasi berada pada rentang 3,5 persen plus minus 1 persen. Kemudian defisit transaksi berjalan diperkirakan 2,5 persen.
Pertama, pemerintah telah melakukan berbagai inisiasi untuk mengatasi hambatan struktural. Hal itu menjadi salah satu modal perekonomian nasional menjadi lebih berdaya saing.
"Kedua, dalam 15 tahun ke depan, Indonesia akan memiliki penduduk usia produktif yang akan terus berekspansi secara persisten menopang pertumbuhan ekonomi ke depan, sekaligus memperkuat basis permintaan barang dan jasa di pasar domestik,"
Ketiga, Indonesia telah memasuki zaman dimana konsolidasi kehidupan politik di alam demokrasi yang bebas dan terbuka. Serta, telah mampu berjalan dan bersanding dengan pencapaian positif pada kemajuan kemajuan ekonomi.
"Keempat, kedisiplinan dalam pengelolaan makroekonomi selama ini merupakan modal besar yang tidak kalah pentingnya untuk menjaga stabilitas ekonomi," tuturnya.
Agus meyakini, prospek ekonomi akan kembali membaik lantaran ditopang struktur ekonomi yang lebih sehat, seimbang, dan berdaya tahan. (Gdn/Nrm)
Advertisement