Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengubah trase atau rute proyek pembangunan kereta api ekspres bandara Soekarno Hatta (Soetta)-Halim PerdanakusumaH menjadi Soetta-Kota.
Alasan pembatalan rute sebelumnya karena besaran dukungan pendanaan atau viagibility gap fund /VGF) dari pemerintah terlalu besar dari total nilai proyek sekitar Rp 24 triliun.
Direktur PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), Darwin Trisna Djajawinata mengungkapkan, Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan telah melayangkan surat kepada Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro pada 28 Oktober 2015 tentang perubahan rute kereta bandara ekspres dari Soetta-Halim. Dalam proyek ini, Kemenhub bertindak selaku PJPK (Penanggungjawab Proyek Kerjasama).
"Tidak jadi ke Halim, itu perkembangan yang kita terima. Kemenhub selaku PJPK melakukan penyesuaian atas jalurnya yang sebelumnya Soetta-Manggarai-Halim menjadi ke Soetta-Kota lewat jalur Pluit. Itu berdasarkan surat yang diterima Kemenkeu," ujar dia di Nusa Dua, Bali, Jakarta, Jumat (11/12/2015).
Lebih jauh dijelaskan Darwin, alasan perubahan trase karena nilai VGF yang diajukan oleh SMI cukup besar dari total kebutuhan investasi Rp 24 triliun. Dalam ketentuan, porsi share pemerintah pusat atau VGF sebesar 49 persen.
Baca Juga
"Dari argumennya VGF yang diajukan nilainya cukup besar. Itu mungkin ada pertimbangan efisiensi atau penghematan. Dengan VGF, pemerintah sebenarnya bisa membangun aset dengan nilai dua kali lebih besar, tapi karena pertimbangan VGF terlalu besar, membuat PJPK tidak nyaman, dan mereka belum pernah mengelola size sebesar itu," terangnya.
Perubahan bukan hanya pada jalur. Menurutnya, Kemenhub akan mencari skema proyek dari murni Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) menjadi pemerintah ikut berkontribusi membangun sebagian jaringan rel kereta api melalui pagu anggaran Kemenhub. Sementara untuk pembelian rolling stock dan pengoperasiannya akan dikerjasamakan dengan swasta.
Kata Darwin, dengan perubahan jalur kereta ekspress bandara, nilai investasinya menurun signifikan dari Rp 24 triliun mengingat ada pengurangan jalur dan jumlah stasiun. Trase Soetta-Kota ke depan bisa terintegrasi dengan transportasi massa lain, seperti LRT dan sebagainya. "Sudah bukan Rp 24 triliun lagi, karena kan alignment dan jumlah stasiun berkurang," ucapnya.
Saat ini, ia mengaku, Kemenhub akan mengkaji ulang proyek kereta bandara ekspress dengan rute Soetta-Kota. Sementara SMI telah merampungkan FS dari Soetta-Manggarai. Sayang, Darwin belum mengetahui kapan proyek tersebut bakal selesai dan bisa beroperasi dengan perubahan jalur.
"Nanti akan ada pembicaraan antara Menhub dan Menkeu. Yang pasti Kemenhub selaku PJPK akan melanjutkan proses analisis terhadap perubahan itu. Kita sudah menyelesaikan FS sampai Manggarai," tandas Darwin.(Fik/Nrm)
Advertisement