Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diumumkan pada Rabu (23/12/2015) kemarin dan mulai berlaku pada 5 Januari 2016. Harga premium mengalami penurunan sebesar Rp 150 per liter dan solar sebesar Rp 750 per liter.
Namun bagi pengusaha angkutan umum, penurunan harga BBM tersebut dinilai terlalu kecil. Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan mengatakan, penurunan tersebut tidak akan berdampak signifikan pada penurunan biaya operasional angkutan.
"Untuk penurunan BBM, itu dampaknya kecil sekali," ujarnya di Jakarta, Jumat (25/12/2015).
Terlebih untuk premium, lanjut Shafruhan, penurunan harga sebesar Rp 150 per liter ini dianggap terlalu kecil.
Penurunan harga bahan bakar yang banyak dikonsumsi angkutan kota (angkot) dan taksi ini dinilai tidak akan berdampak pada biasa operasional kedua moda transportasi tersebut.
Baca Juga
"Penurunnya terlalu kecil sekali, premium kecil, ini kan dikonsumsi angkot dan taksi. Ini agak berat, kalau turun Rp 500 saja sangat sulit, karena harga komponen ini naik. Jadi dari sisi komponen naik tapi bahan bakarnya tidak turun banyak," jelasnya.
Selain itu, perusahaan angkutan saat ini juga mengalami kelesuan lantaran harus bersaing dengan jasa layanan transportasi online yang tengah naik daun. Persaingan ini saja telah menggerus penumpang angkot, taksi dan sebagainya. "Dampak paling besar ke bajaj, mikrolet dan taksi," lanjutnya.
Menurut setidaknya sejak kemunculan layanan transportasi online ini, jumlah penumpang angkutan umum di bawah naungan Organda turun hingga mencapai 40 persen. Maka dengan penurunan BBM yang kecil ini dinilai sulit kembali menggairahkan industri transportasi di dalam kota.
"Sampai sekarang kita kaji ada penurunan penumpang sampai 40 persen. Perusahaan legal bisa koleps gara-gara mereka (layanan transportasi online). Masa perusahaan yang puluhan tahun investasi dirusak sama perusahaan aplikasi," tandasnya.(Dny/Nrm)
Advertisement