Jelang Akhir Pekan Harga Minyak Turun Lagi

Hrga minyak AS jatuh pada Kamis atau Jumat waktu Indonesia karena perawatan kilang mengancam kenaikan persediaan minyak.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 11 Mar 2016, 05:02 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2016, 05:02 WIB
Dolar Menguat, Harga Minyak Sentuh Level US$ 50
Penguatan dolar dan produksi minyak Rusia serta ekspor Irak tinggi membuat harga minyak dunia merosot 5 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak AS jatuh pada Kamis atau Jumat waktu Indonesia karena perawatan kilang mengancam kenaikan persediaan minyak. Sumber menyebut pertemuan negara pengekspor minyak (OPEC) tidak mungkin tanpa kehadiran Iran.

Reli awal dalam dolar setelah Bank Sentral Eropa memangkas suku bunga pinjaman nol juga menekan harga minyak dunia. Meskipun harga minyak mentah pulih dari posisi terendah mereka karena euro rebound pada komentar ECB yang lebih pemotongan tidak mungkin.

Minyak mentah berjangka Brent turun US$ 1,02 pada level US$ 40,05 per barel, setelah sebelumnya minggu ini mencapai puncaknya pada US$ 41,48, level tertinggi sejak 9 Desember.

Minyak mentah AS menetap di US$ 37,84 per barel, turun 45 sen, atau 1,18 persen, setelah mencapai US$ 38,51 pada Selasa, juga tertinggi sejak 9 Desember.

Pada hari Rabu, minyak reli sebanyak 5 persen, dengan minyak mentah AS mencapai level tertinggi dalam tiga bulan dari US$ 38,51.

Permintaan global untuk minyak mentah biasanya turun ketika kilang di seluruh dunia memasuki masa pemeliharaan musiman di musim semi, menjelang permintaan puncak musim panas.

Beberapa analis khawatir bahwa meskipun AS menarik besar, stok bensin tetap tinggi di kedua sisi Atlantik, yang bisa melemahkan pemulihan harga minyak berkelanjutan. Minyak mentah naik 30 persen pada bulan lalu sebagian didasarkan pada harapan bahwa driver akan menyerap kelebihan dalam bahan bakar.

"Penarikan bensin besar tetapi kita masih memiliki catatan stok minyak mentah yang tinggi. Pertanyaannya adalah apakah kita hanya akan bergantung pada anjloknya produksi US untuk untuk menurunkan itu, atau OPEC juga akan bertindak bersama-sama pada pembekuan output," kata David Thompson berbasis di Washington komoditas broker Powerhouse dikutip dari Reuters, Jumat (11/3/2016).

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya