Pengembangan Blok Masela Jadi Pendorong Ekonomi Maluku

Kementerian Maritim dan Sumber Daya terus mendorong pengembangan industri turunan dari hasil produksi lapangan gas abadi Masela.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 12 Mei 2016, 15:16 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2016, 15:16 WIB
20151007-Rizal Ramli bahas blok Masela-Jakarta
Seorang melintas di depan layar peta usai pertemuan antara Menko Kemaritiman dan Sumberdaya Rizal Ramli dengan perwakilan masyarakat Maluku di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu (7/10/2015). Pertemuan membahas Blok Masela. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Produksi gas dari Blok Masela, Maluku, harus bermanfaat untuk mengembangkan industri di dalam negeri. Dengan pemanfaatan gas Masela untuk industri dalam negeri tersebut diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada umumnya dan wilayah Maluku pada khususnya. 

Tenaga Ahli Bidang Energi Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Haposan Napitupulu mengatakan, keputusan pemerintah untuk membangun fasilitas pengolahan gas Blok Masela di darat menciptakan banyak manfaat.

"Diputuskan ke darat supaya lebih dimanfaatkan. Kalau di tengah laut menggunakan FLNG cuma diproses jadi LNG saja, kemudian diekspor, kalau di darat bisa jadi macam-macam," kata Haposan, di Kantor Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Jakarta, Kamis (12/5/2016).

Pemerintah telah mengubah paradigma dalam memanfaatkan sumber daya alam. Sebelumnya sumber daya alam hanya berorientasi ekspor. Saat ini sudah berubah menjadi sumber daya alam harus memiliki nilai tambah sehingga mampu meningkatkan perekonomian daerah. Hal tersebut akan diterapkan pada produksi gas di Blok Masela, sehingga menjadi penggerak pengembangan ekonomi wilayah.

Kementerian Maritim dan Sumber Daya terus mendorong pengembangan industri turunan dari hasil produksi lapangan gas abadi Masela. Contohnya pabrik petrokimia dan pupuk, dengan dibangunnya industri turunan dapat menciptakan lapangan kerja dan usaha kecil lain, sehingga perekonomian di wilayah tersebut dapat berkembang.

Haposan mengungkapkan, jika dijual gas saja, hanya menghasilkan US$ 300 per ton, jika diubah menjadi gas alam cair (Liquid Natural Gas/ LNG) menghasilkan US$ 550 per ton, jika produksi kelola menjadi ammonia menghasilkan US$ 750 per ton, jadi methanol US$ 500 per ton dan jadi polymers US$1800 per ton. Hal tersebut menunjukan, pengembangan industri turunan gas perlu dilakukan.

"Bisa menampung tenaga kerja, kalau ini dibangun di Maluku. Masyarakat Maluku tidak hanya bertani, bisa kerja di sana dan tidak datang ke Jakarta. Belum multiplier effect, ada tukang ojek, ada tukang sayur," ‎tutur Haposan.

Tenaga Ahli Bidang Pengembangan Regional Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman Bambang Susanto menambahkan, ‎pemerintah tidak hanya mendorong saja, tetapi akan membangun infrastruktur dan fasilitas penunjang di wilayah tersebut. Selain itu, juga dilakukan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM),sehingga warga lokal dapat berperan dalam proyek tersebut.

"Perubahan tidak sederhana kewajiban menyiapkan sarana prasarana instrumen, kalau Masela tidak ada apapun, kita siapkan satu tenaga kerja, prasarana wilayah transportasi yang dibutuhkan pembangunan kegiatan Masela," tutup Bambang. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya