Selat Malaka Macet, Rizal Ramli Ingin Geser Jalur Pelayaran Dunia

Menko Rizal Ramli sedang berjuang memindahkan jalur pelayaran dunia dari Selat Malaka ke Selat Lombok.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 13 Jun 2016, 22:27 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2016, 22:27 WIB
20150723-Rizal Ramli
Rizal Ramli (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli sedang berjuang memindahkan jalur pelayaran dunia dari Selat Malaka ke Selat Lombok.

Rute baru ini akan menggantikan jalur laut Selat Malaka yang diprediksi semakin macet dan berisiko besar dalam kurun waktu 10 sampai 20 tahun mendatang.

Rizal Ramli menjelaskan, selama ini mayoritas kapal-kapal perdagangan dari seluruh penjuru dunia melewati Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) 1, yakni Selat Malaka. Padahal kondisi laut di selat ini dangkal, di beberapa lokasi sangat sempit, dan arus lalu lintas kapal semakin padat.

“Selat Malaka sudah tidak memadai lagi, karena dapat menimbulkan risiko tabrakan, tumpangan minyak, dan terhadap dampaknya lingkungan sangat besar. Jadi tidak akan bagus lagi Selat Malaka untuk dilewati sebagai jalur perdagangan internasional,” jelasnya di Gedung DPR, Jakarta, Senin (13/6/2016).

Lebih jauh dikatakan Rizal, pemerintah Indonesia berupaya mendorong perpindahan jalur pelayaran dunia dari ALKI 1 ke ALKI 2, yaitu melewati Selat Lombok, Selat Makassar, Bitung ke Filipina kemudian ke China, Jepang, Korea, dan negara lainnya.

Menurut Rizal, Selat Lombok jauh lebih memadai dibanding Selat Malaka dengan perairan lebih dalam, trafik lalu lintas kapal masing lengang, sehingga aman sebagai jalur perdagangan internasional.

“Sekarang sudah banyak kapal-kapal besar, kapal tanker besar yang melewati ALKI 2, Selat Lombok karena lebih cepat dan aman. Paling penting adalah manfaat ekonominya sangat besar untuk Indonesia Timur,” ucap dia.

Saat ini, Rizal mengaku, pihaknya sedang melobi 3 negara pemain utama yang menguasai  industri perkapalan dunia, seperti Yunani yang menguasai 30 persen, Denmark dan Norwegia.

Apabila disepakati, tambahnya, Indonesia akan mendapatkan manfaat besar dari pergeseran jalur perdagangan internasional ini dengan menggeliatnya investasi kemaritiman di wilayah Timur Indonesia.

“Dengan jalur perdagangan bergeser ke ALKI 2, maka ekonomi Indonesia Timur akan sangat diuntungkan. Banyak fasilitas maintenance kapal, servis, suplai, dan lainnya di Lombok, Sulawesi Selatan, dan Bitung akan menarik manfaat lebih besar. Karena selama ini Selat Malaka yang menarik manfaat besar hanya Singapura,” kata Rizal.

Rizal mengaku, pemerintah Indonesia juga akan bekerjasama dengan 3 negara tersebut untuk mengurangi peristiwa bajak laut di yang akan merompak kapal-kapal perdagangan.  Seperti diketahui, belum lama ini terjadi penculikan Warga Negara Indonesia (WNI) oleh bajak laut di perairan dekat perbatasan Filipina.

“Sudah ada kerjasama dengan 3 negara untuk mengurangi kejadian itu (bajak laut),” tegas dia.(Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya