Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, perdagangan Indonesia dengan Thailand selalu tekor. Tercatat Mei ini, neraca dagang Negara ini dengan Thailand mengalami defisit sebesar US$ 336 juta.
Sepanjang Januari-Mei defisit perdagangan RI Thailand mencapai US$ 1,95 miliar. Hal ini menjadikan Thailand sebagai ancaman Indonesia di perdagangan Asia Tenggara
Kepala BPS Suryamin mengungkapkan, Thailand masuk dalam tiga negara besar pemasok barang ke Indonesia, setelah China dan Jepang. Impor dari Negeri Gajah Putih ini ke Indonesia mencapai US$ 3,77 miliar di bulan kelima dengan pangsa pasar 8,03 persen. Nilai ini naik 10,65 persen dibanding periode sebelumnya.
Advertisement
Baca Juga
"Thailand adalah ancaman Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)," tegas Suryamin di kantornya, Jakarta, Rabu (15/6/2016).
Dari data BPS menunjukkan, impor Indonesia dari Thailand pada periode Mei ini mencapai US$ 719,9 juta, sementara ekspor Indonesia ke Thailand ‎hanya separuhnya senilai US$ 383,9 juta sehingga terjadi defisit neraca dagang Indonesia sebesar US$ 336 juta.
Sementara sepanjang lima bulan 2016, ekspor Indonesia ke Thailand tercatat US$ 1,82 miliar atau jauh dari total nilai impor Indonesia dari negara tersebut yang mencapai US$ 3,77 miliar sehingga Indonesia masih membukukan defisit US$‎ 1,95 miliar.
"Kita impor dari Thailand itu kendaraan dan bagian-bagiannya, mesin dan mesin pesawat mekanik, gula dan kembang gula, plastik dan barang dari plastik, gandum, bahan kimia organis, karet dan bahan dari karet. Tapi untuk impor kendaraan dan bagiannya serta mesin dan bagiannya masuk dalam kategori barang modal untuk pabrik di sini," jelasnya.
Dia berharap pemerintah dapat mendorong produk ekspor hasil pertanian dan produk tekstil ke Thailand‎. Produk ekspor haruslah bahan jadi, supaya bernilai tambah dan memberikan multiplier effect yang besar untuk penciptaan lapangan kerja baru.
"Dulu yang saya baca sejarah, Thailand itu belajar pertanian dari Kita lho. Jadi seharusnya produk pertanian kita lebih unggul dari mereka," kata Suryamin