Pakde Karwo: Warga Jatim Tak Suka Daging Kerbau

Pakde Karwo bilang, penduduk Jatim lebih suka mengonsumsi daging sapi ketimbang kerbau.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 21 Jul 2016, 16:01 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2016, 16:01 WIB
Pakde Karwo bilang, penduduk Jatim lebih suka mengonsumsi daging sapi ketimbang kerbau.
Pakde Karwo bilang, penduduk Jatim lebih suka mengonsumsi daging sapi ketimbang kerbau.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Jawa Timur (Jatim) menutup rapat impor daging kerbau asal India yang rencananya akan masuk dalam waktu dekat ke Indonesia. Pasalnya, warga Jawa Timur lebih menyukai daging sapi untuk berbagai jenis hidangan populer, seperti rawon, soto, dan masakan lain.

Demikian disampaikan Gubernur Jatim, Soekarwo atau yang lebih akrab disapa Pakde Karwo itu usai menghadiri Penandatanganan Perjanjian KPBU Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (21/7/2016).

Pakde Karwo bilang, penduduk Jatim lebih suka mengonsumsi daging sapi ketimbang kerbau. Sebab daging kerbau memiliki serat yang kasar dan agak besar sehingga memicu daging tersangkut di sela gigi.

"Penduduk Jatim sukanya daging sapi. Daging kerbau tidak bisa masuk di tempat kami karena seratnya besar, bikin selilitan. Ini serius," ujar dia.

Menanggapi permintaan dari warga dan pedagang di Jatim yang tidak menyukai daging kerbau, Pakde Karwo membuat surat edaran larangan impor daging kerbau masuk ke Jatim.

"Saya setuju dengan pendapat penduduk dan pedagang, tidak usah masuk ke Jatim. Kita bikin surat edaran, tidak perlu masuk (daging kerbau)," terangnya.

Saat ini, Pakde Karwo mengaku, Jatim mengalami surplus sapi hidup maupun daging sapi. Dia mencatat, populasi sapi di Jatim mencapai 4,3 juta ekor sapi dengan produksi atau kelahiran 1,05 juta ekor sapi per tahun.

"Yang kita perlukan 550 ribu ekor sapi per tahun, itupun masih surplus besar sekitar 500 ribu ekor," tutur dia.

Tak heran bila di Provinsi yang menjadi produsen sapi ini, harga daging sapi stabil di kisaran Rp 107 ribu-Rp 110 ribu per kilogram (kg). Sementara untuk daging tetelan khusus rawon dihargai Rp 85 ribu per kg, daging sapi kualitas sedang dan rendah masing-masing sebesar Rp 100 ribu dan Rp 95 ribu per kg.

"Kita memang tidak ada impor sapi, apalagi padi, sayur. Tidak bisa. Kita seleksi barang yang masuk," tegas Pakde Karwo.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya