Harga Emas Melonjak Usai Hasil Pertemuan The Fed

Indeks dolar AS melemah membuat harga emas melonjak ke level tertinggi dalam dua minggu.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Mar 2018, 06:45 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2018, 06:45 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas menguat ke level tertinggi dalam dua minggu. Penguatan harga emas tersebut didorong sentimen dolar Amerika Serikat (AS) tertekan usai the Federal Reserve prediksi hanya menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2018.

Hal itu menunjukkan the Federal Reserve tidak terburu-buru menaikkan suku bunga dari yang diharapkan. Harga emas pun ditransaksikan di kisaran USD 1.332,80 per ounce. Harga emas naik hampir 1,59 persen.

Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,77 persen ke posisi 89,67 terhadap sejumlah mata uang. Itu penurunan terbesar sejak 24 Januari.

Senior Ekonom CIBC World Markets, Andrew Grantham menuturkan, pergerakan harga emas mendapatkan keuntungan dari dolar AS melemah. Halini karena investor bertaruh kalau the Federal Reserve akan member sinyal kenaikan suku bunga sebanyak empat kali pada 2018.

“Saya melihat the Federal Reserve optimistis tetapi mereka tidak agresif. Ini mengecewakan buat dolar AS. Lewat pertemuan ini sulit prediksi suku bunga naik sebanyak empat kali,’ ujar Grantham, seperti dikutip dari laman Kitco, Kamis (22/3/2018).

 

Selanjutnya

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sementara itu, Colin Cieszynski, Chief Market Strategist SIA Wealth Management menuturkan, bank sentral tidak agresif itu membuat pelaku pasar fokus terhadap risiko utang pemerintah.Ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

“Jika stimulus tidak mendorong pertumbuhan di atas tiga persen maka tidak ada alasan the Federal Reserve mengakselarasi kenaikan suku bunga. Itu dapat sakiti dolar AS,” kata dia.

Pada konferensi pers, Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell mengatakan, pemangkasan pajak pada Desember dapat mendorong ekonomi tumbuh di atas tiga persen. Ia menambahkan, ekonomi AS perlu kenaikan produktivitas untuk mendorong ekonomi tumbuh tiga persen. Bank sentral AS prediksi ekonomi AS tumbuh 2,7 persen pada 2018.

Cieszynski menuturkan, harga emas dapat menguat dalam jangka pendek. Akan tetapi belum ada momentum untuk mendorong harga emas. Ia menekankan bank sentral belum ada lunak soal menaikkan suku bunga. Harga emas berpotensi ke posisi USD 1.360 per ounce.

“Jika harga emas sentuh USD 1.360 maka kita punya level baru. Hingga itu terjadi pasar akan coba level tersebut. The Federal Reserve tidak terlalu agresif akan dorong harga emas turun tetapi saya rasa tidak akan di luar jangkauan harga emas,” jelas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya