Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman (Kemenko Kemaritiman) buka suara soal ekstensifikasi atau perluasan area lahan produksi garam di Nusa Tenggara Timur (NTT). Saat ini masih ada kendala seputar status lahan di sana yang masih belum jelas.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Kemenko Kemaritiman, Agung Kuswandono menyampaikan, program ekstensifikasi tetap berjalan meski ada beberapa tanahnya yang belum jelas secara status hingga perlu dibereskan.
"Jadi setiap bulan kita (Kemenko Maritim) selalu adakan rapat koordinasi seperti ini. Baik itu dengan Pemdanya atau pengusahanya," papar dia usai Rapat Koordinasi Progres Report Ladang Garam Kabupaten Kupang dan Nagekeo di Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Senin (21/5/2018).
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, dia juga tidak mau menargetkan secara pasti kapan kendala lahan di sana bisa terselesaikan. "Yang penting secepatnya jadi, secepatnya panen. Ada sebagian sekarang sudah panen, habis Lebaran panen," ucap dia.
Ketika ditanya seputar 3.720 hektare (ha) tanah milik PT Panggung yang belum tuntas, ia pun belum bisa menjawab lebih lanjut, dan kembali berkata ada kendala terkait lahan produksi garam di sana.
"Saya enggak mau menyebut masalah. Nanti perlu kita komunikasikan dengan Pemda, begitu saja," ujar dia.
Lahan Tambak Garam Baru di Indonesia Timur
Sebelumnya, upaya maksimalisasi produksi garam di Indonesia terus dilakukan. Di tengah datangnya garam impor ke Indonesia, pemerintah juga berencana membuka lahan baru produksi garam.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Kemaritiman, Kemenko Kemaritiman, Agung Kuswandono mengatakan, ada sekitar 10 ribu hekater lahan baru yang akan dibuka di wilayah Timur Indonesia.
Agung mengatakan, wilayah Timur Indonesia menjadi target pembukaan lahan garam baru karena kondisi iklim sangat mendukung. Selain itu, intensitas hujan di kawasan Timur Indonesia tidak seperti di Jawa.
"Kalau sering hujan, kualitasnya kurang baik,” kata Agung saat mengikuti FGD di Cirebon, Selasa 20 Maret 2018.
Dia menyebutkan, sejumlah wilayah sudah dibuat perluasan lahan baru produksi garam. Wilayah tersebut yakni NTT, Kupang, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Ende maupun Malaka.
Dari pembukaan lahan baru tersebut, Pemerintah Indonesia menargetkan produksi garam mencapai 120 ribu ton per hektare per tahun. Dari pembukaan lahan baru tersebut, Pemerintah Indonesia menargetkan swasembada garam pada tahun 2021.
"Kami optimistis bisa dan mudah-mudahan tidak ada kendala," kata dia.
Pada kesempatan tersebut, Agung mengatakan, program pembukaan lahan baru garam di wilayah Timur Indonesia ditargetkan dapat memenuhi kebutuhan industri. Sejauh ini, lanjut Agung, Garam yang dihasilkan petambak lokal kurang memenuhi standar kebutuhan industri.
"Standar garam yang dihasilkan petambak lokal masih kurang dan di Wilayah Timur Indonesia kami yakin bisa karena faktor cuaca mendukung," ujar dia.
Untuk berupaya memenuhi kebutuhan garam industri, Pemerintah Indonsia akan menggandeng perusahaan swasta yang terlibat dalam program perluasan lahan garam.
Dalam program perluasan lahan tersebut, Kemenko Kemaritiman menargetkan tambahan lahan produksi garam baru di Indonesia mencapai 40 ribu hektare.
Jika sudah memenuhi target, diharapkan Pemerintah Indonesia dapat mengekspor garam mereka di tahun 2021.
“Kami sedang bekerja keras untuk mencapai hal tersebut,” kata Agung.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement