Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali bergerak melemah pada perdagangan Jumat ini. Investor mencermati rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS.
Mengutip Bloomberg, Jumat (8/6/2018), rupiah dibuka di angka 13.887 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.875 per dolar AS.
Rupiah terus tertekan sepanjang perdagangan. Dari pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.887 per dolar AS hingga 13.920 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,61 persen.
Advertisement
Baca Juga
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.902 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.868 per dolar AS.
Setelah mengalami tekanan yang cukup dalam sejak awal pekan, dolar AS mampu menguat tipis pada perdagangan Jumat ini.
Namun terhadap beberapa mata uang utama terutama terhadap euro, dolar AS masih mengalami tekanan.
Dibanding melihat ke belakang, investor lebih memilih untuk melihat apa yang akan terjadi pada minggu depan. "Akan ada pertemuan Bank Sentral AS yang kemungkinan akan menaikkan suku bunga," jela sanalis senior IG Securities, Tokyo, Jepang, Junichi Ishikawa.
Prediksi Ekonom
Sebelumnya, nilai tukar rupiah diprediksi masih di kisaran 14.000 per dolar Amerika Serikat pada Juni 2018. Kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve masih menjadi sentimen memengaruhi rupiah.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, menuturkan, rupiah masih akan berada di posisi 13.900-14.000 per dolar AS. Pelaku pasar menanti hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) pada 12-13 Juni 2018. Diperkirakan, bank sentral AS atau the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan tersebut.
“Masih ada FOMC. Dari notulensi pada pertemuan Mei cenderung dovish. Pasar perkirakan ada kenaikan suku bunga satu kali lagi pada Juni 2018. Diperkirakan kenaikan suku bunga the Federal Reserve sebanyak tiga kali pada 2018. Ini topang dolar Amerika Serikat,” ujar Josua saat dihubungi Liputan6.com.
Josua menuturkan, rupiah berpeluang sedikit melemah dengan ada sentimen tersebut. Dari dalam negeri, musim pembayaran dividen akan berakhir. Sentimen tersebut akan menopang rupiah sehingga tidak tertekan dalam. Pelaku pasar pun menanti rilis data ekonomi antara lain neraca perdagangan dan transaksi berjalan.
Selain itu, langkah Bank Indonesia (BI) menggelar rapat tambahan pada 30 Mei 2018, dan diperkirakan menaikkan suku bunga sekitar 25 basis poin dinilai akan stabilkan rupiah.
“Kemungkinan menaikkan suku bunga untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Ini juga mengantisipasi hasil pertemuan the Federal Reserve pada 12-13 Juni 2018,” ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement