Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan pelemahan nilai tukar rupiah hingga di atas 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS) tidak berpengaruh ke harga tahu tempe. Sebab kedelai sebagai bahan baku, harganya sedang mengalami kelesuan.
Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kementerian Perdagangan, Tuti Prahastuti mengatakan, harga kedelai dunia saat ini turun di level USD 800 per ton. Sehingga, pelemahan rupiah tidak mempengaruhi harga tahu tempe.
"Kalau dilihat harga Mei USD 1.050 per ton, tapi September turun USD 800 per ton meski rupiah melemah ke Rp 15.100 per USD. Nah ini tidak berpengaruh ke harga kedelai dan hasil akhirnya tahu dan tempe," kata dia, dalam diskusi yang diselenggarakan Jalan Media Communication (JMC), Jakarta, Jumat (19/10/2018).
Advertisement
Dia mengakui, komoditas kedelai ini 90 persen berasal dari impor karena dalam negeri tidak bisa terpenuhi. Meskipun demikian hal tersebut dapat diimbangi turunnya harga internasional serta rantai distribusi tidak pendek.
"Nah karena harga internasional turun maka tidak berpengaruh. Selain itu, juga rantainya pendek dari importir ke asosiasi, lalu ke pengrajin tahu tempe," ujar Tuti.
Tuti menjelaskan peran pemerintah dalam menghadapi pelemahan rupiah ini, adalah dengan melakukan intervensi dengan menentukan batasan harga, tapi tidak semua komoditas. Kedelai misalnya, tidak dibatasi karena harganya lagi murah.
"Komoditas seperti kedelai beberapa bulan tidak terpengaruh karena harga belinya turun. Harga internasional turun," tandasnya.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com