BI Klaim Aturan DNDF Mampu Bikin Rupiah Perkasa terhadap Dolar AS

Bank Indonesia menyatakan sudah ada sebanyak 11 bank yang telah melakukan transaksi DNDF dari 30 bank yang menyatakan kesiapan.

oleh Merdeka.com diperbarui 02 Nov 2018, 15:21 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2018, 15:21 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Forum Investasi Indonesia 2018 di Bali
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Forum Investasi Indonesia 2018 di Bali. Dok: BI

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) mulai menunjukkan penguatan. Sebelumnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level 15.200.

Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka di level 15.041 per USD, menguat dibanding penutupan kemarin di level Rp 15.127 per USD.

"Mengenai perkembangan nilai tukar rupiah. Alhamdulillah dalam beberapa waktu terakhir itu stabil dan bahkan menguat. Saat ini (pagi tadi) rupiah kalau di pasar spotnya diperdagangkan sekitar Rp 15.090 per USD," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Jumat (2/11/2018).

Perry menyebut, penguatan terhadap nilai tukar rupiah ini juga diperkuat oleh instrumen BI mengenai aturan transaksi pasar Non Deliverable Forward (NDF) di dalam negeri atau Domestic Non Deliverable Forward (DNDF).

Dia menuturkan, sejak diberlakukan mulai 1 November 2018, DNDF mampu mendorong kecukupan likuiditas baik di pasar rupiah maupun valuta asing (valas).

Bahkan, hingga saat ini, kata dia sudah ada sebanyak 11 bank yang telah melakukan transaksi DNDF dari 30 bank yang menyatakan kesiapannya.

"Pergerakan pasar sangat bagus suplai dan demand bergerak jadi ini penguatan Rupiah itu adalah memang murni mekanisme pasar suplai dan demand. Oleh karena itu, saya sampaikan terimakasih kepada kalangan perbankan, pelaku pasar keuangan dan juga pelaku koorporasi yang memang secara aktif bertransaksi di pasar valas," kata Perry.

NDF merupakan instrumen derivatif dari kontrak perdagangan mata uang berjangka. NDF merupakan kontrak membeli atau menjual valuta asing (valas) dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan kurs yang telah ditentukan di awal. Sedangkan Domestik NDF maka transaksi tersebut dilakukan di dalam negeri.

"Selama ini  bisa menjual secara spot secara swap sekarang koorporasi juga bisa menjual secara NDF ke depannya. Ini semakin memperkaya instrumen di pasar valas," ujar dia.

Sepanjang tahun berjalan 2018, rupiah sudah melemah 10,25 persen terhadap dolar AS. Berdasarkan kurs tengah BI,rupiah berada di posisi 13.542 per dolar AS pada 2 Januari 2018 menjadi 15.089 per dolar AS. Nilai tukar rupiah cenderung melemah sejak Mei 2018. Bahkan rupiah sempat ke posisi 15.523 per dolar AS pada 11 Oktober 2018.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Sentimen Domestik Angkat Rupiah ke 15.100 per Dolar AS

Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar
Petugas Bank tengah menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Jumat ini.

Mengutip Bloomberg, Jumat 2 November 2018, rupiah dibuka di angka 15.087 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 15.127 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.077 per dolar AS hingga 15.100 per dolar AS. jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 11,37 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 15.089 per dolar AS, menguat jika dibanidngkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 15.195 per dolar AS.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, adanya penguatan euro yang mampu mengimbangi apresiasi dolar AS seiring dengan sentimen internal di Uni Eropa cukup memberikan sentimen positif bagi terapresiasinya rupiah.

"Masih adanya sejumlah sentimen positif, selain daripada inflasi juga diharapkan dapat membantu penguatan rupiah," ujar Reza seperti dikutip dari Antara. 

Laju rupiah sebelumnya mampu mengalami kenaikan. Bahkan kenaikan tersebut di atas perkiraan sebelumnya. Rilis inflasi Oktober yang berada di angka 0,28 persen (month on month) dianggap masih rendah sehingga memberikan sentimen positif pada rupiah.

Selain itu, sentimen dari disepakatinya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 dengan defisit fiskal disetujui di bawah 2 persen yang dibarengi dengan penurunan imbal hasil dan adanya peluncuran implementasi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) oleh BI yang diharapkan menahan gejolak rupiah memberikan sentimen positif tambahan pada rupiah.

Dari global, adanya kemajuan yang diperoleh dari perundingan Brexit antara Uni Eropa dan Inggris serta meningkatnya data Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) Uni Eropa berdampak positif terhadap posisi euro sehingga turut berimbas pada penguatan rupiah.

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya