Demi Pertumbuhan Ekonomi, BI-Rate Tetap 5,75%

Bank Indonesia pertahankan BI Rate di angka 5,75% pada April 2025, dampaknya terhadap inflasi, nilai tukar Rupiah, dan investasi diulas lengkap di sini!

oleh Arthur Gideon Diperbarui 23 Apr 2025, 18:31 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2025, 18:30 WIB
BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersiap menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 April 2025 yang dipimpin oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

"Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga prakiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%, mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah makin meningkatnya ketidakpastian global, serta untuk turut mendukung pertumbuhan ekonomi," kata Perry dalam konferensi pers Rabu (23/4/2025).

Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati ruang penurunan BI-Rate lebih lanjut dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar Rupiah, prospek inflasi, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran terus dioptimalkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) telah diperkuat pada 1 April 2025 untuk lebih mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja sejalan dengan program Asta Cita Pemerintah.

Kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk turut menopang pertumbuhan ekonomi, khususnya sektor perdagangan dan UMKM. Keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran akan terus diperkuat, demikian pula akseptasi pembayaran digital akan terus diperluas.

BI Rate dan Dampaknya terhadap Inflasi

Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan di Level 6,25%
Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 19-20 Juni 2024 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Salah satu fungsi utama BI Rate adalah untuk mengendalikan inflasi. BI Rate yang tinggi cenderung menekan inflasi karena mengurangi jumlah uang beredar dan daya beli masyarakat. Namun, BI Rate yang terlalu tinggi juga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Dengan mempertahankan BI Rate di 5,75%, BI tampaknya menyeimbangkan antara pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Keputusan ini menunjukkan bahwa BI menilai inflasi masih terkendali dan tidak perlu ada tindakan agresif untuk menekannya. Namun, BI tetap waspada terhadap potensi peningkatan inflasi di masa mendatang, sehingga BI Rate akan terus dipantau dan dievaluasi secara berkala.

Perlu diingat, inflasi yang tinggi dapat membebani masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Oleh karena itu, kebijakan BI dalam mengendalikan inflasi sangat penting untuk menjaga daya beli dan kesejahteraan masyarakat.

Pengaruh BI Rate terhadap Nilai Tukar Rupiah

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan besarna suku bunga acuan di posisi 6,25 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, suku bunga acuan atau atau BI Rate masih tetap sama dengan bulan lalu. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan besarna suku bunga acuan di posisi 6,25 persen.... Selengkapnya

BI Rate juga berperan penting dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. BI Rate yang tinggi cenderung menarik investasi asing dan memperkuat Rupiah karena menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi. Sebaliknya, BI Rate yang rendah dapat melemahkan Rupiah.

Dengan mempertahankan BI Rate di 5,75%, BI mengindikasikan upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Keputusan ini diambil di tengah ketidakpastian global yang dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang, termasuk Rupiah.

Stabilitas nilai tukar Rupiah sangat penting bagi perekonomian Indonesia, terutama untuk perdagangan internasional dan investasi asing. Fluktuasi nilai tukar yang besar dapat mengganggu kegiatan ekonomi dan menimbulkan ketidakpastian.

Dampak BI Rate terhadap Investasi dan Sektor Perbankan

BI Rate juga berpengaruh terhadap investasi dan sektor perbankan. BI Rate yang rendah mendorong investasi karena biaya pinjaman menjadi lebih murah. Sebaliknya, BI Rate yang tinggi dapat mengurangi investasi karena biaya pinjaman yang mahal.

Keputusan BI untuk mempertahankan BI Rate di 5,75% menunjukkan pertimbangan yang matang antara mendorong investasi dan menjaga stabilitas ekonomi. Tingkat suku bunga ini diharapkan dapat tetap menarik investasi namun tidak terlalu tinggi sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi.

Di sektor perbankan, perubahan BI Rate akan diikuti oleh perubahan suku bunga kredit dan deposito. Perubahan ini akan mempengaruhi profitabilitas bank dan akses masyarakat terhadap kredit.

Perlu diperhatikan bahwa BI Rate dan BI 7 Days Repo Rate, meskipun seringkali digunakan secara bergantian, memiliki perbedaan teknis. BI 7 Days Repo Rate digunakan dalam transaksi repo (repurchase agreement) selama 7 hari, sementara BI Rate adalah suku bunga acuan yang lebih umum digunakan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya