Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Jumat ini.
Mengutip Bloomberg, Jumat (2/11/2018), rupiah dibuka di angka 15.087 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 15.127 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.077 per dolar AS hingga 15.100 per dolar AS. jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 11,37 per dolar AS.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 15.089 per dolar AS, menguat jika dibanidngkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 15.195 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, adanya penguatan euro yang mampu mengimbangi apresiasi dolar AS seiring dengan sentimen internal di Uni Eropa cukup memberikan sentimen positif bagi terapresiasinya rupiah.
Baca Juga
"Masih adanya sejumlah sentimen positif, selain daripada inflasi juga diharapkan dapat membantu penguatan rupiah," ujar Reza seperti dikutip dari Antara.
Laju rupiah sebelumnya mampu mengalami kenaikan. Bahkan kenaikan tersebut di atas perkiraan sebelumnya. Rilis inflasi Oktober yang berada di angka 0,28 persen (month on month) dianggap masih rendah sehingga memberikan sentimen positif pada rupiah.
Selain itu, sentimen dari disepakatinya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 dengan defisit fiskal disetujui di bawah 2 persen yang dibarengi dengan penurunan imbal hasil dan adanya peluncuran implementasi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) oleh BI yang diharapkan menahan gejolak rupiah memberikan sentimen positif tambahan pada rupiah.
Dari global, adanya kemajuan yang diperoleh dari perundingan Brexit antara Uni Eropa dan Inggris serta meningkatnya data Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) Uni Eropa berdampak positif terhadap posisi euro sehingga turut berimbas pada penguatan rupiah.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI: Pelemahan Rupiah Tak Sedalam Mata Uang Negara Lain
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melaporkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah melemah 10 persen dari awal tahun. Pelemahan tersebut tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan beberapa negara lain.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan, kondisi tersebut didukung upaya BI yang terus fokus melakukan berbagai upaya untuk menstabilkan nilai tukar.
BACA JUGA
"Dari BI, kami fokus bagaimana untuk melakukan langkah stabilitas dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, untuk memastikan likuiditas di pasar keuangan cukup dan kerja sama internasional yang kami jalankan," kata Perry dalam acara konfrensi pers KSSK, di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Kamis (1/11/2018).
Perry mengungkapkan, perkembangan nilai tukar rupiah memang disebabkan adanya tekanan dari global tapi kondisinya masih relatif stabil dalam batas yang normal.
"Deprsiasi rupiah sektar 10 persen (ytd), lebih rendah dibandingkan India, Brazil, Turki, Rusia," ujarnya.
Dia menegaskan BI bersama pemerintah akan terus memprioritaskan kebijakan untuk menjaga nilai tukar rupiah.
"Dengan pemerrintah melakukan langkah bersama," tutupnya.
Advertisement