Pembangunan Kilang CPO Perlu Dukungan Dana BPDP Sawit

Perluasan peran pendanaan itu diprediksi mampu menahan kejatuhan harga minyak CPO yang kini berada di bawah USD 500 per ton.

oleh Septian Deny diperbarui 07 Des 2018, 11:31 WIB
Diterbitkan 07 Des 2018, 11:31 WIB
20160308-Ilustrasi-Kelapa-Sawit-iStockphoto
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit (BPDP-KS) perlu memperluas peran pendanaannya. Salah satunya dengan memberikan insentif bagi BUMN seperti Pertamina untuk membangun kilang pengolahan minyak sawit (CPO) serta PLN untuk berinvestasi pada mesin-mesin yang kompatitel dengan biodiesel.

Peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Agus Kismanto mengatakan, perluasan peran pendanaan itu diprediksi mampu menahan kejatuhan harga minyak CPO yang kini berada di bawah USD 500 per ton.

Harga CPO jatuh dipicu turunnya permintaan pasar ekspor dan berakibat pada terjadinya kelebihan CPO Indonesia sebesar 4 juta ton pada tahun ini.

Menurut dia, pembangunan kilang CPO dapat mempercepat proses pencampuran minyak mentah (crude oil) dengan CPO menjadi bahan bakar.

“Pembangunan Kilang itu diharapkan mampu menyerap CPO hingga 20 juta ton per tahun atau 340 ribu barel per hari (bph),” ujar dia di Jakarta, Jumat (7/12/2018).

Sedangkan insentif bagi PLN perlu dilakukan untuk agar ada peningkatan penggunaan CPO pada pembangkit listrik.

Dengan insentif ini, PLN dapat mengembangkan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) berbahan bakar miyak sawit. Hanya saja, agar PLN tidak terbebani, BPDP-KS dapat membantu pembiayaan untuk pilot plant dan perencanaan.

“Peran BPDP-KS juga diperlukan ketika terjadi selisih harga antara BBM dan BBN,” kata dia.

Agus menyarankan, pemerintah juga perlu melakukan penjajakan program barter biodiesel biothanol dengan Brasil yang memiliki potensi sebesar 3,3 juta kiloliter. Selain itu, Substitusi MFO (marine fuel oil) dengan CPO oleh PLN yang potensinya bisa mencapai 0,9 juta kiloliter juga perlu dilakukan.

“Peluang lain,mengganti PLTD berbahan bakar HSD dengan CPO atau minyak goreng. Potensinya bisa mencapai 2,9 juta kiloliter," ungkap dia.

 

B20 ke B30

20160308-Ilustrasi-Kelapa-Sawit-iStockphoto
Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Selain itu, pemerintah perlu mempercepat program B 20 menjadi B30. “Paling tidak, program B 30 bisa terealisasi pertengahan tahun depan untuk mempercepat serapan dan mendorong kenaikan harga CPO," lanjut dia.

Sementara itu, Anggota Komisi XI DPR RI, Jhony G Plate mengatakan, instansi pemerintah perlu melepaskan ego sektoral untuk mendorong penguatan harga CPO.

”Indonesia merupakan negara yang besar, tetapi persoalan semua instansi bekerja sendiri sendiri dan sangat sektoral sehingga mengakibatkan kita menjadi kecil dan berdampak pada leverage kita yang kecil," tutur dia.

Plate menjelaskan, program hilirisasi domestik guna meningkatkan konsumsi minyak sawit di dalam negeri tidak bisa ditunda karena produksi sawit nasional yang melimpah.

“Kedepan, seharusnya program B 20 hanya menjadi salah satu bagian dari begitu banyak pengembangan hilirisasi. Apalagi potensi CPO bakal melimpah sejalan dengan program replanting dan peningkatan produksi. Indonesia perlu mempunyai peta jalan industri sawit nasional dengan tujuan menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi sawit, pusat referensi harga sawit, dan pusat hilirisasi sawit dunia," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya