RI Bakal Punya Kilang Minyak Jumbo Kapasitas 500 Ribu Barel per Hari, di Sini Lokasinya

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan rencana pembangunan kilang minyak dengan kapasitas jumbo. Kilang tersebut rencananya akan dibangun di wilayah Sumatera.

oleh Arief Rahman H Diperbarui 07 Mar 2025, 19:15 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2025, 19:15 WIB
RU IV Cilacap, Kilang BBM Terbesar di Indonesia Milik Pertamina
Perahu kayu membawa muatan melintas di dekat kilang minyak Pertamina Refenery Unit IV Cilacap, Rabu (7/2). RU IV Cilacap menjadi kilang dengan kapasitas terbesar di Indonesia. (Liputan6.com/JohanTallo)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan rencana pembangunan kilang minyak dengan kapasitas jumbo. Kilang tersebut rencananya akan dibangun di wilayah Sumatera.

Dia mengatakan kilang yang akan dibangun itu memiliki kapasitas 500 ribu barel minyak per hari. Lokasi pembangunannya di wilayah Sumatera, meski dia belum merinci lokasi pastinya.

"(Dibangun) Di Sumatera," ungkap Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (7/3/2025).

Dia juga enggan berbicara banyak mengenai alasan pemilihan Sumatera sebagai lokasi kilang minyak tersebut. Namun, salah satu bagian yang diperhatikan adalah aspek bisnis.

"Ya itu ada lah pertimbangan bisnis lah ya," singkatnya.

Diketahui, kilang ini akan memproses minyak mentah dari hasil produksi dalam negeri maupun impor. Dengan demikian, impor minyak hasil olahan diharapkan bisa menurun.

"(Alasan bangun kilang) Ya karena kita kan impor banyak terus," terangnya.

Rencana Membangun Kilang Minyak Jumbo

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) merancang pembangunan kilang minyak berkapasitas 500 ribu barel per hari. Hal ini sebagai terobosan untuk memastikan pasokan energi yang lebih stabil dan berkelanjutan pada masa mendatang.

Adapun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto terus mendorong hilirisasi sebagai strategi utama dalam memperkuat ketahanan energi nasional. Seiring hal itu, Kementerian ESDM berkomitmen mengembangkan industri kilang minyak dan Dimethyl Ether (DME) atau gas dari olahan batu bara.

"Kita juga akan membangun refinery (kilang minyak) yang Insya Allah kapasitasnya itu kurang lebih sekitar 500 ribu barel. Ini salah satu yang terbesar nantinya, ini dalam rangka mendorong agar ketahanan energi kita betul-betul lebih baik," tutur Menteri ESDM Bahlil Lahadalia pada Konferensi Pers di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin, 3 Maret 2025, seperti dikutip dari keterangan resmi, Rabu (5/3/2025).

Kilang minyak ini akan dirancang dengan kapasitas 500 ribu barel per hari serta mampu mengolah minyak mentah dari dalam negeri maupun impor. Kilang ini akan memproduksi berbagai produk minyak bumi, termasuk BBM, mencapai 531.500 barel per hari, sehingga dapat memperkuat pasokan energi nasional.

 

Butuh Investasi USD 12,5 Miliar

RU IV Cilacap, Kilang BBM Terbesar di Indonesia Milik Pertamina
Kapal tanker bersandar di ereal kilang minyak Pertamina Refenery Unit IV Cilacap, Rabu (7/2). PT Pertamina melalui Refinery Unit (RU) IV Cilacap mengolah minyak bumi sebesar 348.000 BSD. (Liputan6.com/JohanTallo)... Selengkapnya

Untuk merealisasikan proyek ini, investasi yang dibutuhkan diperkirakan mencapai USD 12,5 miliar. Selain mengurangi ketergantungan pada impor, proyek ini berpotensi menghemat hingga 182,5 juta barel minyak per tahun atau setara USD 16,7 miliar. Tak hanya itu, pembangunan kilang ini juga membuka peluang besar bagi penciptaan lapangan kerja, dengan 63.000 tenaga kerja langsung dan 315.000 tenaga kerja tidak langsung.

Di sektor mineral dan batubara (minerba), Kementerian ESDM akan mempercepat pembangunan industri DME yang akan dimanfaatkan untuk substitusi Liquefied Petroleum Gas (LPG). Proyek ini direncanakan akan dibangun secara paralel di Kabupaten Muara Enim dan Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan, Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, serta Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur.

"Kita juga akan membangun DME yang berbahan baku daripada batubara low-calorie (kalori rendah) sebagai substitusi daripada LPG. Ini kita akan lakukan agar betul-betul produknya bisa dipasarkan dalam negeri sebagai substitusi impor (LPG)," tutur Bahlil.

 

Industri DME

Ilustrasi kilang minyak lepas pantai, OPEC
Ilustrasi kilang minyak lepas pantai, OPEC. (Image by Wiroj Sidhisoradej on Freepik)... Selengkapnya

Pembangunan industri DME kali ini, Bahlil menambahkan, tidak akan lagi bergantung dengan investor luar negeri, melainkan sumber daya dan modal dalam negeri, yang akan dijalankan melalui kebijakan Pemerintah.

Selain DME, pemerintah juga akan meningkatkan nilai tambah di sektor pertambangan, seperti tembaga, nikel, dan bauksit hingga menjadi alumina.

"Sekarang kita tidak butuh investor, negara semua lewat kebijakan Bapak Presiden, memanfaatkan resource dalam negeri, yang kita butuh mereka adalah teknologinya. Jadi hari ini teknologi yang kita butuh, uangnya, capexnya semua dari Pemerintah dan dari swasta nasional, kemudian bahan bakunya dari kita, off takernya pun dari kita. Jadi saya pikir kali ini tidak ada lagi yang tergantung kepada pihak lain," ujar Bahlil.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya