Liputan6.com, Jakarta AirNav Indonesia bersama Kementerian Perhubungan dan Indonesia National Air Carrier Association (INACA) bersepakat untuk menunda kenaikan tarif jasa layanan navigasi penerbangan.
Kebijakan ini disepakati dalam rangka memberikan ruang kepada maskapai penerbangan untuk meningkatkan efisiensi untuk kemudian bisa menurunkan harga tiketnya.
"Sebenarnya soal tarif itu keputusan di Kementerian Perhubungan, kita hanya menjalankan. Tapi menghadapi isu tiket dan sebagainya, kita sudah duduk bersama sepakat untuk melakukan penundaan," ucap Direktur AirNav Indonesia Novie Riyanto di Padang, Rabu (20/2/2019).
Advertisement
Dengan adanya penundaan ini, Novie mengaku akan berdampak langsung terhadap rencana investasi perusahaan. Mulai dari investasi Sumber Daya Manusia (SDM) hingga investasi peralatan seperti ditargetkan sebelumnya.
Meski demikian, Novie mengaku tak akan mempengaruhi angka pendapatan dan laba perusahaan di 2019. Ini dikarenakan sebagian besar pendapatan perusahaan berbentuk dolar AS, dari jasa layanan navigasi maskapai internasional.
"Konsekuensinya kalau ada sesuatu yang terrunda kita investaai peralatan tertunda, training orang juga tertunda, dan ada beberapa lainnya juga," tegas dia.
AirNav: Konstruksi 34 Bandara di Indonesia Tidak Tahan Gempa
Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi (AirNav) Indonesia menyatakan sebanyak 34 bandara di Indonesia rawan terdampak gempa bumi. Salah satu sebabnya, struktur bangunan masih menggunakan kontruksi lama, yakni beton.
Mengatasi kondisi itu, Direktur AirNav Indonesia Novie Riyanto mengatakan, pihaknya mulai mengubah desain kontruksi menara pengawas bandara agar tahan gempa.
"Kita sudah mencari beberapa titik rawan gempa. Supaya tahan gempa, secara bertahap akan bangun dengan konstruksi baja semua. Di atas baja, itu lebih aman, hitungannya di atas radius 10 meter radialnya. Agar tahan gempa dindingnya punya ketebalan hampir 20 sentimeter," kata di Semarang, Senin (21/1/2019).Â
Novie mengakui dengan model kostruksi yang baru, biaya yang dikeluarkan akan lebih tinggi. Namun demikian, langkah itu tetap harus dilakukan untuk meminimalisasi dampak gempa.
"Pastinya buat biaya tinggi, sebab ada semacam batu yang ditanam di situ dengan desain tower yang agak melebar," tutur dia.
Advertisement