Pertumbuhan Global Melambat, Intip Jurus Sri Mulyani Jaga Ekonomi RI

Menkeu Sri Mulyani menuturkan, perlambatan ekonomi global sudah diwanti-wanti sejak 2018.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Mar 2019, 16:05 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2019, 16:05 WIB
3 Menteri Jokowi Umumkan Paket Kebijakan Ekonomi XVI
Menkeu Sri Mulyani (dua kanan) didampingi Menko Perekonomian Darmin Nasution (kanan), Gubernur BI Perry Warjiyo (dua kiri), dan perwakilan OJK Nurhaida (kiri) saat meluncurkan Paket Kebijakan Ekomomi XVI, Jakarta, Jumat (16/11). (Liputan6.com/AnggaYuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2019 dan 2020. 

OECD memperkirakan ekonomi dunia pada 2019 hanya tumbuh 3,3 persen dan 2020 tumbuh 3,4 persen. Penurunan ini disebabkan ada sengketa dagang dan ketidakpastian Brexit yang diperkirakan akan mempengaruhi perdagangan dunia.

Menanggapi hal ini Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan, kondisi tersebut sesungguhnya sudah diwanti-wanti sejak 2018.

"Untuk Indonesia tentu kita akan lihat danpaknya apalagi dengan pertumbuhan ekonomi global yang melemah juga disebabkan pertumbuhan perdagangan internasional yang melemah," kata dia, di BSD, Tangerang Selatan, Selasa (12/3/2019).

Dia mengatakan, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan Indonesia untuk menjaga agar kondisi perekonomian domestik serta tetap mampu mengejar target-target ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi yang tetap di atas lima persen.

"Kalau kita ingin mencapai pertumbuhan yang tetap tinggi di atas 5 persen kita harus meyakinkan bahwa pusat-pusat atau sumber-sumber pertumbuhan dalam negeri tetap bisa menjadi engine,” tutur dia.

Kinerja ekspor Indonesia pun, kata dia, masih akan baik dan berkontribusi bagi perekonomian. Meskipun ekonomi beberapa negara besar seperti China dan India melemah, tapi pasar ekspor dari negara emerging market, kata dia, masih cukup besar.

"Untuk ekspor tetap akan memiliki kemampuan karena lihat ASEAN dan Asia meskipun China dan India melemah tapi the new emerging country seperti Filipina, Bangladesh even dalam hal ini pakistan mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dan mereka populasi dan pasarnya cukup besar," tutur Sri Mulyani.

"Jadi Indonesia harus tetap mampu untuk menjaga momentum untuk domestic boost sumbernya dan juga tetap menjaga agar ekspor meningkat," imbuhnya.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 

Upaya Menekan Impor

Pertumbuhan Ekspor Kuartal III 2018 Menurun
Kapal mengangkut peti kemas dari JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/11). Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekspor kuartal III/2018 mencapai 7,7 persen, berbanding jauh dengan kuartal III/2017 sebesar 17,26 persen. (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Selain itu, upaya-upaya menekan impor pun akan terus dilakukan sebagai upaya untuk memperkecil defisit perdagangan. "Kalau impor bisa ditahan dengan berbagai policy kemarin apakah B20, maka dari sisi eksternal balance kita faktor negatif jadi lebih kecil. Dengan demikian growt tetap akan kita tingkatkan," ungkapnya.

"Kita akan tetap fokus seperti kita lihat Q1 ada deflasi itu menggambarkan harga cukup stabil. Sehingga konsumsi terjaga 5 persen. Itu penting kalau kita ingin momentumnya growth di atas 5 persen," ia menambahkan.

Selain itu, tentu diharapkan investasi tetap dapat tumbuh positif sehingga  dapat membantu upaya menjaga kekuatan ekonomi Indonesia di tengah melemahnya ekonomi global.

"Pemerintah juga akan tetap berbagi upaya investasi yang melibatkan swasta sehingga private investment tetap terjaga selain pemerintah akan menjaga capital spending maupun belanja barang dan meningkatkan kualitas SDM," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya