Perang Dagang AS-China Masih Berlanjut, Rupiah Melemah Terbatas

Nilai tukar rupiah melemah tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Mei 2019, 12:03 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2019, 12:03 WIB
Rupiah Tetap Berada di Zona Hijau
Teller tengah menghitung mata uang rupiah dan dolar di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (10/1). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah berada di zona hijau. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah melemah tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu pekan ini.

Ketegangan perang dagang antara AS dan China serta rilis data neraca perdagangan April 2019 membayangi laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, Rabu (15/5/2019), rupiah melemah tipis empat poin dari posisi 14.444 per dolar AS pada Selasa 14 Mei 2019 menjadi 14.448 per dolar AS pada 15 Mei 2019.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,07 persen menjadi 14.445 per dolar AS dari penutupan kemarin di kisaran 14.434 per dolar AS.

Pada Rabu siang, rupiah masi di kisaran 14.445 per dolar AS. Sepanjang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.437-14.452 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, ketegangan perang dagang AS dan China berlanjut masih menekan laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Apalagi indeks dolar AS masih tetap menguat terhadap mata uang utama lainnya sehingga menekan laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Selain itu, ada faktor musiman seiring perusahaan multinasional membayar dividen sehingga membutuhkan dolar AS. Ditambah pembayaran utang perusahaan sehingga menambah tekanan terhadap rupiah.

Meski demikian, Josua menuturkan, Bank Indonesia (BI) akan tetap berada di pasar dan tidak membiarkan rupiah jauh dari fundamentalnya.

"Sentimen eksternal kurang mendukung. Ada seasonal factor seiring permintaan dolar untuk dividen dan pembayaran utang jadi situasi kurang baik. Namun, BI akan tetap di pasar valas dan obligasi denga masuk di pasar surat utang negara (SUN)," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Rabu pekan ini.

Sedangkan sentimen neraca perdagangan, menurut Josua belum akan terlalu pengaruhi. Pelaku pasar memang akan respons data neraca perdagangan tetapi sentimen eksternal lebih dominasi pergerakan rupiah.

Josua pun memperkirakan, rupiah akan bergerak di kisaran 14.400-14.500 per dolar AS pada Rabu pekan ini.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Rupiah Bakal Sentuh 14.500 per Dolar AS Imbas Perang Dagang

Persiapan Uang Tunai Bi
Petugas melakukan pengepakan lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Bank Indonesia (BI) mempersiapkan Rp 193,9 triliun untuk memenuhi permintaan uang masyarakat jelang periode Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China ikut serta menekan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 11 poin terhadap dolar AS ke posisi 14.434. Pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditransaksikan di kisaran 14.423 per dolar AS.

Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah mengatakan, rupiah diperkirakan masih akan tertekan hingga kuartal II 2019.

"Perbaikan ekonomi AS menyebabkan presiden Trump semakin percaya diri melanjutkan perang dagang. Dengan mentahnya perundingan perang dagang, masa depan perdagangan global kembali muram. Harga komoditas bisa kembali terpuruk," tuturnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa, 14 Mei 2019.

"Ini kabar buruk untuk Indonesia yang mengandalkan ekspornya pada barang komoditas. Artinya semakin sulit untuk  memperbaiki defisit transaksi berjalan," tambah dia.

Dia menjelaskan, posisi rupiah pada kondisi ini menjadi rawan mengingat investor asing sangat bergantung pada isu global yang tengah bergulir.

"Kondisi ini merupakan pertimbangan investor global atas investasi portfolio mereka di Indonesia. Sedikit saja mereka menarik investasi mereka keluar, rupiah secara significant melemah," ujar dia.

Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi rupiah berada di rentang 14.400-14.500 per dolar AS pada jangka pendek ini.

"Sejauh ini pelemahan rupiah hanya bersifat sementara. Rupiah akan cenderung menguat terhadap dollar AS ketika sentimen perang dagang mereda dan akan ditopang oleh perbaikan defisit transaksi berjalan pada tahun ini," kata dia. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya