Undang Maskapai Asing Masuk RI, Puncak Kekesalan Jokowi Imbas Tiket Pesawat Mahal

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan akan mengundang maskapai asing untuk buka rute domestik guna menekan harga tiket pesawat.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jun 2019, 18:12 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2019, 18:12 WIB
Banner Infografis Harga Tiket Pesawat Bakal Turun?
Banner Infografis Harga Tiket Pesawat Bakal Turun? (Liputan6.com/Triyasni)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan akan mengundang maskapai asing untuk buka rute domestik guna menekan harga tiket pesawat yang saat ini dinilai terlalu mahal.

Wakil Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Raineir H. Daulay menilai, pernyataan tersebut merupakan puncak kekesalan seorang Presiden atas mahalnya harga tiket pesawat yang ikut menumbangkan industri lain seperti pariwisata, perhotelan hingga pusat oleh-oleh.

"Maskapai asing saya kira tidak jadi solusi dari tiket mahal, menurut saya usulan pak Jokowi itu puncak kekesalannya saja. Yang terjadi saat ini carut marutnya harga tiket pesawat memberi dampak berat buat industri pariwisata," kata dia dalam sebuah acara diskusi di Kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (19/6/2019).

Seperti diketahui, harga tiket pesawat mulai merangkak naik sejak akhir tahun lalu bertepatan dengan musim liburan Natal dan Tahun Baru.

Namun, harga tiket pesawat rupanya tak kunjung kembali turun dan tetap dalam kondisi mahal bahkan hingga periode angkutan Lebaran 2019.

Padahal, lanjutnya, masa-masa lebaran merupakan momen terbaik bagi industri pariwisata. Akan tetapi, karena harga tiket pesawat mahal, masyarakat jadi enggan bepergian.

"Menteri Perhubungan angkat tangan, sampe viral itu kan di media sosial, Menteri BUMN (bilang), wah saya enggak punya kewenangan, akhirnya lama-lama kita capek juga, sementara bisnis kita sudah sangat berat," ujarnya.

Dia mengungkapkan, pariwisata khususnya di luar Jawa mendapat pukulan paling pahit akibat mahalnya tiket pesawat tersebut. Penurunan cukup signifikan antara 20 hingga 40 persen.

"Malam takbiran kemarin contohnya, ditempat orang pulang kampung terutama, Makassar itu cuma 25 persen okupansinya, Sumatera Barat 40 persen, Bali turun 12 persen. Biasanya 100 persen itu waktu Lebaran, orang daerah itu satu-satunya Lebaran kesempatan pulang kampung, jadi di luar Pulau Jawa itu terasa," ujar dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Tak Semua Rute Nasional Diminati Maskapai Asing

Tarif Batas Atas Tiket Pesawat
Pesawat maskapai Lion Air terparkir di areal Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Kamis (16/5/2019). Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi antara Kementerian Bidang Perekonomian dan Kementerian Perhubungan memutuskan tarif batas atas tiket pesawat turun sebesar 12-16 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Pengamat Penerbangan, Ziva Narendra menyebutkan membuka pintu bagi maskapai asing bukan merupakan solusi untuk menurunkan harga tiket pesawat yang saat ini dinilai terlalu mahal oleh masyarakat.

Dia menegaskan, maskapai asing belum tentu tertarik dengan rute domestik di Tanah Air. Kecuali untuk destinasi favorit dan dinilai potensial misalnya tempat wisata seperti Denpasar Bali.

"Kemudian untuk rute lain seperti Medan, Balikpapan, Makassar, apakah menarik buat maskapai asing," kata dia dalam sebuah acara diskusi di Kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu, 19 Juni 2019.

Meski dinilai bukan merupakan sebuah solusi, namun dia menyatakan hal tersebut dapat menjadi sebuah pilihan. Bahkan, kata dia, saat ini pun sebetulnya maskapai asing sudah masuk di Indonesia yaitu Air Asia.

"Jadi itu bukan menjadi solusi, tapi itu jadi opsi. Karena ada dua pintu yang bisa dieksplorasi, maskapai buka rute di Indonesia tapi ada juga maskapai buka airline lokal seperti Indonesia Air Asia ini," ujarnya.

Dia melanjutkan, semakin banyak maskapai bermain harga memang dapat bersaing dan terhindar dari duopoli. Serta rute yang terlayani dapat semakin banyak. Namun banyak hal pula yang perlu dipertimbangkan.

"Pemain banyak, harga kompetitif. Tapi sejak kita di banned Eropa kita belajar dari sejak 2017 itu kita buka pintu maskapai baru kita sudah belajar tidak sampai bermain harga sampai hedging," ujarnya.

Selain itu, dia mengungkapkan harga tiket pesawat saat ini menjadi masalah bukan hanya di Indonesia melainkan di seluruh dunia.

"Karena harga tiket pesawat istilahnya persaingan market berdasarkan fix cost yang kita tahu semua airline punya fix cost-nya sama provit marginnya yang beda-beda. Jadi airline kondisinya berat bukan di Indonesia, di global pun berat. Harga minyak gas bumi avtur (mahal) ini bukan di Indonesia," ujar dia.

Masuknya Maskapai Asing Tak Akan Turunkan Harga Tiket Pesawat

Tarif Batas Atas Tiket Pesawat
Pesawat maskapai Lion Air terparkir di areal Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Kamis (16/5/2019). Pemerintah akhirnya menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat atau angkutan udara sebesar 12-16 persen yang berlaku mulai Kamis hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, rencana pemerintah untuk mengundang maskapai asing beroperasi di rute domestik Indonesia dinilai tidak akan menyelesaikan masalah di bisnis penerbangan, khususnya menurunkan harga tiket pesawat.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nawir Messi mengatakan, saat ini sebenarnya sudah ada maskapai asing yang beroperasi di Indonesia, yaitu AirAsia. Namun, hingga saat ini keberadaan makskapai tersebut tidak mampu membuat harga tiket pesawat turun. 

"Mengundang maskapai asing yang masuk tidak akan banyak mengubah keadaan saat ini. Bahkan, saat ini sebetulnya sudah ada maskapai asing yang beroperasi di Indonesia, seperti AirAsia Indonesia. Namun, hal tersebut tidak mengubah harga dari maskapai domestik lainnya," ujar dia di Jakarta, Selasa 18 Juni 2019.

Menurut Nawir, hal tersebut lantaran selama ini AirAsia tidak sepenuhnya diberikan kebebasan untuk membuka rute domestik. Selain itu, juga ada diskriminasi terhadap maskapai milik Tony Fernandes tersebut oleh aplikasi agen perjalanan berbasis online.

"Hal ini karena selain hanya diberikan rute domestik yang terbatas, juga terjadi diskriminasi di dalam pasar terhadap maskapai ini. Adanya kerjasama antara travel agent dan maskapai domestik adalah sebagai bentuk diskriminasi di dalam pasar yang membuat AirAsia Indonesia semakin tersingkir dan tidak dapat berkompetisi dengan pasar maskapai di Indonesia saat ini," jelas dia.

Jika pembatasan rute domestik dan diskriminasi ini terus terjadi, lanjut Nawir, maka masuknya maskapai asing tidak akan banyak mengubah kondisi bisnis penerbangan di dalam negeri.

"Saat ini bisa kita lihat di beberapa travel agent yang menggunakan aplikasi, tidak ada AirAsia Indonesia. Kini AirAsia Indonesia terpaksa berjualan menggunakan platform yang mereka miliki sendiri," tandas dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya