Pulau Komodo Bakal Disulap Jadi Destinasi Wisata Eksklusif Seperti Afrika

Sebagai warisan dunia, berwisata ke Pulau Komodo nantinya akan merogoh kocek yang cukup dalam.

oleh Bawono Yadika diperbarui 11 Okt 2019, 12:16 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2019, 12:16 WIB
Melihat Interaksi Komodo dengan Manusia di Pulau Rinca
Guide taman nasional berinteraksi dengan seekor komodo di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo, NTT, Minggu (14/10). Pulau Rinca yang merupakan zona inti Taman Nasional Komodo. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan Pulau Komodo di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akan dikemas menjadi destinasi eksklusif.

Pulau Komodo akan disulap seperti destinasi wisata di Afrika. Anyarnya, sebuah research centre akan dibangun di pulau tersebut.

"Kita tinggal koordinasikan, kita lihat perusahaan yang mengelola itu. Harusnya perusahaan yang bonafide. Baik itu perusahaan luar atau dalam," ujar dia Jakarta, Jumat (11/10/2019).

Sebagai warisan dunia, berwisata ke Pulau Komodo nantinya akan merogoh kocek yang cukup dalam. Tetapi, penerimaan tiket akan diputar kembali untuk pengelolaan taman komodo, juga untuk kesejahteraan warga sekitar.

"Itu seperti Safari di Kenya, orang datang saja bisa USD 3.500 per malam. Ini sekaligus untuk melindungi agar warga sejahtera dan daerah sekitar kawasan," ujarnya.

Luhut pun memberi sinyal, bahwa telah ada sejumlah investor yang siap masuk ke Pulau Komodo yang berada di provinsi NTT tersebut.

"Saya berharap tahun depan sudah masuk, entah itu kuartal I, kuartal II. Banyak kok yang masuk, kita belum ngomong saja," pungkasnya.

 

 

 

KEIN Dukung Pulau Komodo jadi Destinasi Wisata Eksklusif

Tempat Wisata yang Bakal Hilang
Pulau Komodo / Sumber: iStockphoto

Usulan Kemenko Maritim agar Pulau Komodo dijadikan destinasi eksklusif dengan tarif khusus didukung penuh oleh Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN).

Anggta KEIN sekaligus Ketua Pokja Industri Pariwisata KEIN Dony Oskaria mengatakan, usulan Kemenko Maritim sudah sesuai dengan kondrat destinasi Pulau Komodo.

"Saya mendukung penuh Pulau Komodo dijadikan destinasi Eksklusif karena DNA wisata warisan dunia tersebut berkategori special interest tourism atau wisata minat khusus. Oleh karena itu, destinasi semacam itu harus dikemas secara khusus pula agar tetap bisa mempertahankan prinsip sustainability di satu sisi dan keasliannya di sisi lain", ungkap Dony di Jakarta, Sabtu (5/10/19).

Dony menambahkan, wisata minat khusus memang harus dibanderol dengan tarif premium untuk menunjukan kepada khalayak bahwa Pulau Komodo adalah istimewa dan memang benar-benar unik. Secara prinsip, special interest tourism bersifat high cost low impact.

Karena sifatnya khusus, harganya atau cost of product-nya juga khusus, dan impact sosial ekonominya kepada masyarakat sekitar kecil, apalagi Pulau Komodo berupa sebuah pulau, yang tak banyak dikelilingi oleh pemukiman penduduk.

Oleh karena itu, kata Dony, kekhususan dan keunikan Pulau Komodo akan berakibat pada biaya pengembangan dan perawatannya nanti menjadi tinggi, sesuai dengan nilai Pulau Komodo yang juga bernilai sangat tinggi.

Justru jika Pulau Komodo dijadikan destinasi mass tourism atau wisata masal, walaupun cost of product-nya murah, ancaman kepunahan dan kerusakan lingkungannya akan sangat besar, yang akan mengurangi nilai (value) Pulau Komodo di satu sisi dan menggelembungkan biaya rekonstruksinya nanti jika sudah terlanjur rusak, di sisi lain.

"Jadi, saya setuju dan mendukung usulan Kemenko Maritim menjadikan Pulau Komodo sebagai destinasi high end dengan cost of product yang sepadan pula. Harga yang mahal nantinya akan diikuti dengan konsep pengembangan yang eksklusif, yang ditujukan untuk memberikan pengalaman tersendiri bagi pengunjung. Selain itu, harga yang khusus akan mengundang rasa penasaran segmen pasar berkocek tebal di seluruh dunia untuk datang ke Pulau Komodo. Kami tak sabar menunggu realisasi usulan tersebut", tutup Dony

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya