Liputan6.com, Jakarta Perusahaan-perusahaan yang berada dalam bursa S&P 500 telah kehilangan total nilai pasar saham sebesar USD 2,4 triliun dalam aksi jual di Wall Street pada hari Kamis (3/4).
Mengutip US News, Jumat (4/4/2025) aksi jual tersebut mendorong kerugian harian terbesar sejak pandemi awal pandemi COVID-19 pada 16 Maret 2020.
Baca Juga
Pada awal pekan, S&P 500 telah menurun hampir 5% setelah tarif besar-besaran yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump memicu kekhawatiran akan perang dagang habis-habisan dan resesi ekonomi global.
Advertisement
Pada Senin (31/3), bursa S&P 500 dan Nasdaq Composite membukukan kinerja kuartalan terburuk sejak tahun 2022. Mengutip Economistimes, S&P 500 di hari itu merosot 4,6% dan Nasdaq Composite anjlok 10,5% pada kuartal pertama 2025.
Kedua indeks acuan tersebut juga mengalami penurunan tajam pada bulan Maret 2025, mencatat persentase penurunan bulanan terbesar sejak Desember 2022, karena Presiden Donald Trump memberlakukan serangkaian tarif baru yang menimbulkan kekhawatiran akan perang dagang global.
Dow Jones Industrial Average tidak kebal terhadap kegelisahan tersebut, merosot 1,3% dalam tiga bulan pembukaan.
"Investor, kurang lebih pada kuartal pertama ini menyerah, karena Anda benar-benar tidak dapat melakukan perdagangan di sekitar ini," kata Adam Turnquist, kepala strategi teknis untuk LPL Financial.
Tujuh raksasa teknologi yang mendorong kenaikan selama pasar bullish yang berlangsung sepanjang tahun 2023 dan 2024, sangat membebani pasar ekuitas AS karena investor menjual nama-nama yang sedang tumbuh.
Pada hari Senin, baik S&P 500 maupun Dow untuk sementara waktu mengabaikan ketidakpastian seputar rencana tarif mendatang pemerintahan Trump, yang akan diumumkan pada Rabu besok (2/4).
IHSG pada 24-27 Maret 2025
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kenaikan signifikan pada 24-27 Maret 2025. Kenaikan IHSG didorong aliran dana yang masuk ke saham.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (29/3/2025), IHSG melonjak 4,03 persen ke posisi 6.510,62. Pada pekan lalu, IHSG susut 3,95 persen ke posisi 6.258,17.
Kapitalisasi pasar juga melonjak 2,81 persen menjadi Rp 11.126 triliun dari Rp 10.822 triliun pada pekan lalu. Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG menguat 4,03 persen dan disertai aliran dana yang masuk mencapai Rp 3,25 triliun. Penguatan IHSG didorong sejumlah faktor. Pertama, mulai masuknya kembali aliran dana investor asing ke IHSG.
Kedua, ada aksi korporasi emiten perbankan terutama kapitalisasi besar seiring adanya pembagian dividen. “Ketiga, ada pengumuman pengurus Danantara di mana juga diperkirakan menjadi sentimen positif dan mengangkat beberapa emiten BUMN, meskipun demikian investor juga akan mencermati dan menanti akan kinerja dari Danantara sendiri,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Keempat, Herditya menuturkan, menuturkan, gejolak politik yang berkembang di dalam negeri juga menjadi perhatian investor. Kelima, waktu perdagangan yang cenderung sempit dalam menyambut libur Nyepi dan Lebaran.
Advertisement
Nilai Transaksi Harian Bursa Sentuh Rp 18,60 Triliun
"Keenam, dari global, investor juga mencermati akan perkembangan dari Amerika Serikat yang akan mengenakan tarif lanjutan yang akan diumumkan pada 2 April mendatang," tutur dia.
Adapun peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian bursa selama sepekan. Rata-rata nilai transaksi harian bursa melonjak 22,26 persen menjadi Rp 18,60 triliun dari Rp 15,21 triliun pada pekan sebelumnya.
Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian bursa pekan ini yang turun 8,6 persen menjadi 18,77 miliar saham dari 20,53 miliar saham. Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa terperosok 16,16 persen menjadi 1,02 juta kali transaksi dari 1,21 juta kali transaksi pada pekan lalu. Investor asing membeli saham Rp 3,25 triliun selama sepekan. Kondisi ini berbeda dari pekan lalu terjadi aksi jual saham Rp 7,13 triliun.
