Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, pencurian minyak di Blok Rokan dengan melubangi pipa (illegal tapping) semakin marak, menjelang masa peralihan kontrak pada 2021.
Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas M Atok Urrahman mengatakan, kegiatan kriminal berupa pencurian minyak dan pencurian kabel sensor di area Blok Rokan yang dioperasikan Chevron Pacific Indonesia semakin marak belakangan ini.
"Ini semakin marak di Chevron. Ada apa ini, lalu pencurian kabel sensor dipotong, beberapa waktu lalu pipa gas kegaruk oleh pihak ketiga," kata Atok, di Kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (24/10/2019).
Advertisement
Menurut Atok, kegiatan pencurian tersebut dilakukan secara profesional, dengan membuat lubang di tanah sepanjang 100 meter untuk melubangi pipa, sehingga pencurian tidak diketahui. Pipa yang dilubangi tersebut mengalirkan minyak ke penampungan produksi minyak siap jual (lifting).
"Itu bikin terowonganya 100 meter dia melobangi pakai pipa 2,5 inch, ini pipa shiping line titik lifting, ini sudah ahli," tutur dia.
Pencurian minyak sebenarnya sudah ada di area tersebut, namun belakangan ini terus meningkat.
Dia pun mempertanyakan hal tersebut bisa terjadi, bahkan ada dugaan karena akan adanya peralihan pengolahan Blok Rokan seiring dengan habisnya masa kontrak Chevron pada 2021.
"Saya nggak tau, kenapa semakin marak apa karena akan perlihan?," imbuhnya.
Atok mengungkapkan, pencurian minyak tersebut merugikan negara sebab mengurangi capaian lifting minyak dari Blok Rokan.
Untuk menanggulangi pencurian tersebut, SKK Migas dan Chevron telah meminta bantukan pihak TNI untuk mengamankan area tersebut.
"Saya menemani Presiden Chevron bertemu Pangdam Bukit Barisan, nanti ada pengawas keamanan," tandasnya.
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Kebakaran Hutan Hingga Kebocoran Sumur Gas Hambat Pencapaian Lifting Migas
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, pencapaian produksi minyak dan gas bumi (lifting migas) siap jual tahun ini mengalami sejumlah gangguan.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, pada tahun ini terdapat sejumlah peristiwa yang mengganggu pencapaian lifting migas, yaitu rendahnya harga gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) di pasar global.
Baca Juga
Kondisi ini membuat SKK Migas menahan penjualan LNG berdampak pada dikuranginya laju produksi gas bumi.
"Harga gas rendah lebih baik menyimpan gas dari pada menjual, berdampak pada mengurangi produksi berdampak pada Bontang,Tangguh dan Donggisenoro," kata Dwi, di Kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (24/10/2019).
Dwi melanjutkan, masalah berikutnya adalah kebakaran hutan di wilayah Riau. Hal ini membuat beberapa sumur migas yang berdekatan dengan lokasi kebakaran dihentikan operasinya untuk menjaga keamanan.
"Kedua karena kebakaran didaerah Sumatera, produksi kita di Rokan ada beberapa kita stop dulu," tuturnya.
Dwi mengungkapkan, peristiwa kebocoran gas dan minya mentah pada sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) juga membuat pencapaian lifting migas terhambat. Sebab sumur yang dioperasikan oleh Pertamina Hulu Energi ONWJ tersebut direncanakan beroperasi pada tahun ini untuk menambah produksi migas Indonesia.
"Kejadian ONWJ, seharusnya ada tambahan produksi lifting migas tidak jadi,"tandasnya.
Advertisement