Liputan6.com, Jakarta - Pengamat penerbangan Alvin Lie menyebut tidak semua gangguan kesehatan seperti serangan jantung dapat terdeteksi.
Hal ini menanggapi insiden pingsannya Pilot Batik Air dengan tujuang Jakarta-Kupang sehingga maskapai perlu mendarat darurat di Bandara El-Tari, Kupang.
"Pilot penerbangan komersial memang wajib jalani uji kesehatan setiap 6 bulan. Tetapi tidak setiap kondisi kesehatan dapat terungkap dalam uji tersebut," tuturnya kepada Liputan6.com, Senin (18/11/2019).
Advertisement
Kata Alvin, serangan jantung sendiri bisa disebabkan berbagai faktor. Itu termasuk stres dan kelelahan yang justru tidak mudah terdeteksi di uji kesehatan.
Baca Juga
"Saya sendiri pernah kena serangan jantung pada Mei 2006. Padahal baru 3 pekan sebelumnya (Apr 2006) saya jalani uji kesehatan dan tidak terdeteksi adanya potensi gangguan terhadap kesehatan," ujarnya.
Kendati begitu dia bilang, memang ada standar operasional prosedur (SOP) untuk kondisi dimana Pilot mengalami kesulitan atau ketidakmampuan melaksanakan fungsinya (incapacitated) seperti kasus yang menimpa Batik Air.
Pertama, ko-pilot harus mengambil alih kendali. Kedua, meminta awak kabin untuk menanyakan apakah ada dokter diantara penumpang. Jika ada, minta dokter tersebut untuk membantu.
Dan ketiga laporkan kepada bandara terdekat atau tujuan agar segera menyiapkan dokter, paramedis serta sejumlah ambulans.
"Dan Ko-pilot maskapai tersebut sudah melaksanakan semua prosedur secara tepat," tandasnya.
Terakhir, kasus incapacitated sendiri menurut Alvin tak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di belahan dunia lain.
"Pilot Incapacitated sudah sering terjadi di berbagai negara. Di Indonesia juga sudah beberapa kali terjadi," paparnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
KNKT Usut Penyebab Pilot Batik Air Pingsan hingga Mendarat Darurat di Kupang
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyelidiki penyebab pilot pesawat Batik Air dengan nomor penerbangan ID-6548 pingsan dalam penerbangan rute Jakarta-Kupang siang tadi. Akibatnya, pesawat registrasi PK-LUF itu mendarat darurat di Bandara El Tari, Kupang.
"Penyebab tidak sadarkan diri masih belum dapat dipastikan, menunggu pemeriksaan lebih lanjut oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)," kata General Manager Bandara Internasional El Tari, Kupang, Barata Singgih Riwahono, Minggu (17/11/2019).
Seperti dilansir Antara, Barata mengatakan bahwa pilot Batik Air PK-LUF yakni Kapten Djarot Harnanto sudah dibawa ke RS Siloam, Kupang untuk mendapatkan penanganan medis.
Setelah pesawat tersebut mendarat, tim gabungan Angkasa Pura I Bandara El Tari didampingi dokter dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) langsung bertindak sigap untuk langsung membawa pilot ke RS Siloam.
Barata juga memastikan, insiden tersebut tidak menimbulkan korban jiwa baik dari awak pesawat maupun penumpang.
Sementara itu, Kepala Bagian Komunikasi Strategis Batik Air Danang Mandala Prihantoro mengakui, pilotnya mengalami gangguan kesehatan dengan indikasi pusing berat sehingga membuat konsentrasi terpecah dan lemas saat membawa pesawat tersebut
"Sebelum menurunkan ketinggian, Pilot in Command (PIC) dalam hal ini pilot merasa adanya gangguan kesehatan dengan indikasi pusing berat sehingga membuat konsentrasi terpecah dan lemas," katanya.
Seluruh kru yang bertugas bekerja berdasarkan prosedur dan tindakan yang tepat. Pilot Batik Air mendapatkan pertolongan pertama. Penerbangan ID-6548 dengan komando kopilot (first officer) dan menginformasikan bahwa akan mendarat dalam keadaan darurat (emergency landing).
"Kondisi ini sudah sesuai tindakan operasional penerbangan dalam buku manual," tambah dia.
Advertisement