Dirut Baru Garuda Indonesia Harus Kaji Ulang Rute Internasional

Selain rute, konsep penerbangan internasional dan harga tiket juga perlu diperhatikan.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jan 2020, 17:45 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2020, 17:45 WIB
Pengamat Penerbangan Alvin Lie.
Pengamat Penerbangan Alvin Lie.

Liputan6.com, Jakarta - Irfan Setiaputra telah ditetapkan sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Selain itu para pemegang saham juga memutuskan Triawan sebagai Komisaris Utama Garuda yang baru.

Pengamat Penerbangan Alvin Lie berharap direksi dan komisaris yang baru bisa meningkatkan penghasilan dari rute internasional.

"Garuda ini jangan hanya jago di negeri sendiri," kata Alvin di kantor Ombudsman RI, Jakarta Selatan, Rabu (22/1/2020).

Alvin menyebut memperkuat rute internasional tidak harus mengangkut penumpang dengan menggunakan pesawat sendiri. Tetapi bisa bekerja sama dengan maskapai penerbangan lain yang tergabung dengan Sky Team.

"Walaupun yang mengangkut airline lain tapi Garuda Indonesia tetap dapat penghasilan," ungkapnya.

Anggota Ombudsman ini juga mengatakan, tiket rute internasional yang dikeluarkan Garuda berada di kelas premium setara dengan maskapai Singapura airlines. Namun, kata Alvin perlu dikaji kembali apakah dengan tarif tersebut sudah dimintai pasar.

Baginya, tak masalah bila harga tiket dan fasilitas penerbangan internasional diturunkan sedikit demi menarik pasar. "Tapi itu PR untuk direktur yang baru," ujar Alvin.

 

Kaji Ulang Penerbangan Rute Eropa

Ilustrasi Pesawat Terbang
Pesawat Terbang Garuda Indonesia (Liputan6.com/Fahrizal Lubis)

Terkait penerbangan rute ke Eropa, Alvin menilai direksi baru harus mengkajinya kembali. Sebab sejak Dirut Garuda Indonesia dijabat Pahala N Mansury, rute Jakarta-London dianggap kurang dimintai.

"Sejak zaman Pak Pahala sudah saya pertanyakan, kenapa London diambil, mengapa tidak Amsterdam atau Paris atau Frankfurt?" papar Alvin.

Alvin menilai rute percobaan yang sempat dibuat Ari Askhara yakni Bali-Amsterdam laik dipelajari. Tiap negara katanya memiliki kepentingan berbeda.

Kalau penerbangan Indonesia difokuskan ke pariwisata, pilihan mendarat di Bali dari Amsterdam dianggap lebih baik. Sebab, penerbangan internasional yang mendarat di Jakarta biasanya untuk kepentingan bisnis.

Selain rute konsep penerbangan internasional dan harga juga perlu diperhatikan. "Apakah posisioning konsep Garuda ini sudah tepat apa belum, harganya sudah telat belum," lanjut Alvin.

Untuk itu, direksi baru sebaiknya mengkaji ulang rute-rute penerbangan internasional dan jenis pesawat yang dipakai. Tujuannya agar lebih efisien dan meningkatkan penghasilan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya