Cegah Penyebaran Corona, Produsen Baja Ringan Ciptakan Produk Anti Virus

Dalam studi sebutkan, virus corona dapat bertahan pada permukaan benda, seperti logam, kaca, atau plastik hingga 9 hari lamanya.

oleh Septian Deny diperbarui 31 Mar 2020, 14:50 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2020, 14:50 WIB
20161215-Baja-AY1
Tumpukan baja dikumpulkan untuk di kirim melalui Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (15/12). Di Indonesia peluang pengembangan industri dan konstruksi baja nasional masih terbuka lebar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak mulai merebak Desember 2019 silam di Wuhan, China, virus corona hingga kini telah menginfeksi ratusan ribu orang di seluruh dunia sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menetapkannya sebagai pandemi.

Cepatnya penyebaran dan bahayanya dampak yang ditimbulkan membuat resah banyak negara termasuk di Indonesia. Apalagi, banyak penelitian yang juga menyebutkan kalau virus ini bisa bertahan di berbagai macam permukaan sehingga meningkatkan risiko penularan.

Vice Presiden PT Tatalogam Lestari Stephanus Koeswandi mengatakan, dalam sebuah studi yang diterbitkan di New England Journal of Medicine bahkan disebutkan, virus ini dapat bertahan pada permukaan benda, seperti logam, kaca, atau plastik hingga 9 hari lamanya.

Hal ini tentu membuat banyak orang cemas. Karena semakin tinggi peluang mereka tertular karena menyentuh permukaan yang terkontaminasi di tempat-tempat umum seperti rumah sakit dan transportasi publik.

"Virus ini (Covid-19) bisa hidup pada permukaan logam hingga 72 jam, bahkan bisa lebih. Ini karena celah pori-pori benda tersebut jadi tempat hinggap bakteri dan virus. Virus membelah diri dan bisa bertahan lama," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (31/3/2020).

Dengan dilandasi kecemasan ini, PT Tatalogam Lestari, salah satu produsen baja ringan di Indonesia pun muncul dengan sebuah inovasi yang diharapkan bisa menghambat penyebaran virus tersebut.

Sejak satu bulan terakhir, PT Tatalogam Lestari memproduksi baja ringan anti virus yang mampu meredam perkembangbiakan virus yang menempel pada logam. Dari hasil uji laboratorium diketahui, baja ringan anti virus ini terbukti dapat menangkal berbagai macam virus dan bakteri berbahaya termasuk virus Covid-19 yang saat ini tengah mewabah.

Stephanus menyatakan, produk baja ringan anti virus produksinya dilapisi cairan anti-virus khusus yang dapat menutup pori-pori baja sehingga virus tidak dapat berkembang biak di permukaannya.

"Kami dari Tatalogam ini berinovasi setiap tahun kita selalu memikirkan apa solusinya kalau untuk melapisi logam, karena memang kami ada di produsen hilir baja, bagian pelapisan. Maka pada kesempatan ini kami mengembangkan satu produk baja ringan anti virus yaitu Nexalume Antivirus dan Sakura Truss Avico," ungkap dia.

Dilapisi Cairan Anti Virus

Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)
Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

Nexalume Anti Virus sendiri merupakan bahan baku baja ringan yang sudah dilapisi cairan anti virus, di coating 3 kali dengan nano-coating. Bahan baku ini nantinya bisa digunakan dalam berbagai keperluan seperti meja peralatan medis di rumah sakit, dan bahkan transportasi umum yang rawan dihinggapi dan menjadi tempat berkembang biak virus pembawa penyakit.

Sementara Sakura Truss Avico merupakan rangka atap baja ringan yang sudah dilapisi cairan anti virus. Rangka atap baja ringan anti virus ini diharapkan juga dapat melindungi masyarakat dari bakteri dan virus yang ditularkan dari binatang yang hidup di atap rumah seperti tikus, dan lain-lain.

"Produk ini memang untuk membuat permukaan baja ini jauh lebih aman digunakan. Jadi bisa mengurangi inhabitan rate atau tempat virus berkembang sampai 99,91 persen. jadi kalau virus nempel bukan dia mati yah, tapi media tersebut (baja yang sudah dilapisi) oleh teknologi dari nexalum anti virus ini bisa membuat virus ini jadi tidak bisa berkembang biak. Otomotis ini punya satu anti microbrial dipermukaan tersebut," terang Stephanus.

Ia menjelaskan, inovasi seperti ini sebenarnya pernah diterapkan saat Hongkong, China dilanda wabah SARS pada tahun 2002-2004 silam.

Saat itu China mencegah penyebaran virus dengan teknologi pelapisan baja dengan cairan anti virus untuk digunakan di transportasi umum seperti MRT, kereta dan tempat umum lain. Teknologi ini yang kemudian dikembangkan agar dapat diproduksi di pabrik bahan baku baja ringan PT Tata Metal Lestari grup dari Tatalogam di Cikarang.

"Jadi teknologi ini kami kembangkan lagi. Jadi yang tadinya hanya bisa diproduksi dengan kuantiti terbatas, tapi dengan kami aplikasikan di mesin pelapisan (CGL) kami, bisa diproduksi lebih cepat dan lebih banyak. Jadi satu bulan kapasistasnya 18 ribu ton. Dan ini kami harap bisa digunakan di mana-mana," jelas Stephanus.

Lapisan anti virus pada baja ringan ini bisa bertahan antara 5-10 tahun tergantung keadaan lingkungan. Di kondisi ekstrem, lapisan bisa bertahan 5 tahun dan tidak butuh perawatan lain. Karena itu produk ini sangat cocok untuk diaplikasikan pada berbagai benda seperti meja rumah sakit, transportasi umum, perkantoran, rumah pribadi bahkan hingga benda-benda lain yang rawan dihinggapi virus seperti gagang pintu.

"Jadi ini mungkin ini inovasi kami untuk ikut membantu memerangi wabah wabah inidan mungkin bahkan ke depan jika ada penyakit lain, ini (baja ringan anti virus) bisa mengurangi juga lah," tutup dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya