Akrab dengan Internet, Pengguna Uang Elektronik Didominasi Generasi Muda

Sekitar 85 persen pengguna uang elektronik berbasis seluler memiliki akun bank.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Apr 2020, 20:16 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2020, 20:16 WIB
20160303-Dimo-Perkenalkan-Pembayaran-Digital-Pay-by-QR-Jakarta-IA
Pengunjung mencoba pembayaran digital Pay by QR di Jakarta, Kamis (3/3). Sistem Pay by QR terintegrasi pada layanan mobile banking bank maupun aplikasi uang elektronik yang dapat langsung digunakan sebagi sumber dana. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Kemenko Bidang Perekonomian Gede Edy Prasetya mengatakan 85 persen pengguna uang elektronik berbasis seluler memiliki akun bank. Jumlah ini sangat membantu inklusi keuangan nasional sehingga memudahkan dalam melihat transaksi perbankan.

"Ini akan memudahkan dalam melihat transaksi perbankan untuk terus berkembang," kata Gede dalam Webinar Kemenko Bidang Perekonomian bertajuk 'Makin Inklusif dengan Kartu Prakerja' di akun YouTube Dewan Nasional Keuangan Inklusif, Jakarta, Selasa (28/4).

Pintu masuk masyarakat untuk beralih ke pembayaran digital melalui pengguna telepon seluler. Pengguna telepon seluler bisa jadi pintu masuk untuk membangun kebermanfaatan alat pembayaran itu dan mengakselerasi inklusi keuangan.

Gede menuturkan banyak manfaat yang didapatkan ketika melakukan transaksi pembayaran digital misalnya untuk kepentingan penghematan waktu. Demi mendorong peningkatan inklusi keuangan nasional, pemerintah mulai mendorong masyarakat untuk beralih ke transaksi digital.

Salah satunya melalui program Kartu Prakerja. Pemerintah memberikan pembiayaan pelatihan dan insentif melalui uang elektronik. Penggunaan uang elektronik ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan mereka dalam mengembangkan hasil pelatihan.

"Para penerima manfaat Kartu Prakerja ini bisa menggunakan digital payment ini untuk kepentingan mereka terutama penghematan waktu," kata Gede.

Lebih lanjut Gede mengatakan pengguna uang elektronik didominasi oleh anak muda yang akrab dengan internet. Tren penggunaan uang elektronik ini juga sedang digemari anak muda. Bahkan mereka bisa menghasilkan uang dengan ponsel pintar.

"Anak muda ini akan mengisi inklusi keuangan sehingga mereka mlekaukan investasi dan sampai ke tujuan yang bisa memanfaatkan ini dengan baik," kata dia.

Top Up Uang Elektronik

Penghapusan Tiket Harian Berjaminan KRL di 5 Stasiun
Penumpang saat memindai THB sekali perjalanan pada pintu masuk Stasiun Sudirman, Jakarta, Rabu (17/7/2019). Pembayaran dengan KMT, THB PP dan kartu uang elektronik dapat digunakan di Stasiun Sudirman, Palmerah, Cikini, Universitas Indonesia, dan Taman Kota. (merdeka.com/qbal S. Nugroho)

Selain itu, Gede mengatakan 56 persen pengguna uang elektronik mengisi dompet digitalnya lewat gerai mini market seperti Alfamart dan Indomaret. "Ini sangat besar sekali dan membantu untuk meningkatkan inklusi keuangan," kata dia.

Lalu 33 persen mengisi saldo lewat ATM, 21,4 persen melalui internet banking. Sisanya melalui transfer P2P, teller bank dan agen UKD/Laku Pandai.

Dari data tersebut, pemerintah akan berusaha untuk meningkatkan inklusi keuangan nasional. Pemerintah juga akan mengembangkan proses isi ulang dompet digital masyarakat agar tak hanya didominasi mini market berjejaring.

"Kita mau ini lebih dinamis komposisinya dan lebih bagus lagi sehingga komposisinya berimbang," kata Gede mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya